CHAPTER 11: He is a trouble.

1.5K 191 6
                                    

BEVERLY'S POV.

Aku menghempaskan tubuhku di jok mobil David Veltman lalu menatapnya tajam. "Kau tidak serius kan, pergi ke Adirondack dengan mobil? Itu membutuhkan 4 sampai 5 jam perjalanan, sedangkan aku bisa cepat sampai disana dengan helikopterku yang telah menunggu di Downtown Manhattan Heliport. Antarkan saja aku kesana kalau kau memang mau ke Adirondack dengan mobilmu!"

"Aku bisa sampai disana kurang dari 4 jam, Beverly!" sahutnya lalu terkekeh geli. "Tenang saja perjalanan ini tidak akan membuat bokongmu keram, kalau itu yang kau takutkan."

"Yang aku takutkan adalah terjebak denganmu selama berjam-jam dimobil ini," ucapku sinis lalu mengalihkan pandanganku keluar jendela.

"Kau akan menikmatinya." Seringaian sangat terdengar pekat di ucapan nya.

Aku lebih memilih memainkan ponselku daripada harus kembali melihat wajahnya yang menyebalkan itu. Aku harus menghemat energiku untuk perjalanan 5 jam ini yang akan terasa bertahun-tahun, aku tidak mau energiku menipis karena bertengkar dengan orang menyebalkan yang sekarang sedang duduk disampingku.

Aku sedang fokus membaca artikel-artikel yang mengulas tentang tourku di internet, sampai kekehan kecil dari mulutnya memecah konsentrasiku. Aku menoleh kepadanya dan mendapati dia sedang melihat ke belakang mobilnya melalui kaca spion, melihat itu aku pun ikut menoleh kebelakang juga dan langsung melihat mobil-mobil hitam yang sangat kukenal, mobil para pengawalku.

"You really need babysitters all the time, Beverly?" Pertanyaan yang lebih mirip pernyataan itu keluar dengan nada ejekan dari mulutnya diikuti dengan seringai menyebalkan yang senantiasa berada di wajahnya.

"Mereka bukan babysitter, tetapi pengawalku, bodoh!" ucapku tanpa melihatnya dan lebih memilih kembali fokus pada ponselku, setidaknya kalau aku tidak melihat wajahnya aku tidak akan cepat terbawa emosi.

Dia terkekeh geli sekali lagi. "Yeah pengawal, kau selalu membutuhkan mereka kemanapun dan dengan siapapun kau pergi?"

"Mereka pasti mengikutiku saat aku pergi dengan orang yang tak bisa mereka percayai, ya contohnya dirimu," ucapku sambil meliriknya sekilas.

"Aku? Well, apa yang bisa aku lakukan denganmu, tuan puteri Beverly Rulin yang terhormat?" ujarnya dengan nada mencemooh.

Aku memutar bola mataku kesal mendengar kata-katanya, aku sangat benci kalau dia yang memanggilku tuan puteri, panggilan yang biasanya jadi pujian berubah menjadi ejekan atau sindiran kalau keluar dari mulut David Veltman, seolah-olah dia mengatakan aku ini wanita angkuh, manja, dan gila hormat.

"Ya siapa tahu kau berniat jahat, bisa saja kau sudah berencana untuk membunuhku. Dan kalau itu benar terjadi, sebelum kau bisa membunuhku kepalamu duluan yang akan ditembus oleh peluru berlabel Rulin corps."

Dia tertawa dan membuatku bingung, entahlah tidak ada yang lucu sama sekali di kata-kataku.

"Apa?" tanya nya saat menyadari tatapan anehku.

Aku mengedikkan bahuku lalu kembali menatap ponselku. "Tidak ada, aku hanya belum terbiasa berurusan dengan orang aneh."

"Orang aneh? Aku? Oh, tadi aku tertawa karena pemikiranmu dan para pengawalmu. Kau pikir aku orang bodoh yang mau membuang nyawaku hanya untuk membunuhmu? Kalau aku membunuhmu sama saja aku mengantarkan kepalaku untuk dipenggal oleh Kakekmu. I'm not that stupid, Beverly. Lagipula apa alasanku untuk membunuhmu?"

"Entahlah, tapi semuanya mungkin saja di dunia ini. Aku sudah pernah menjadi korban percobaan pembunuhan dan aku tidak bisa mempercayai orang dengan mudah sekarang, kadang manusia bisa lebih jahat dari iblis."

Stellar Collision Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang