CHAPTER 16: Oh God, i thought you were dead.

1.7K 178 13
                                    

DAVID'S POV.

Aku mengernyit jijik melihat adegan sarat romansa yang lagi-lagi terpampang nyata di hadapanku. Beberapa meter dari tempatku berdiri, Beverly dan Damerius terlihat sedang membicarakan sesuatu sambil tersenyum satu sama lain, bahkan Beverly yang hanya sekali tersenyum padaku-itu pun tanpa dia sadari-sekarang sedang tersenyum begitu tulus, bahkan kini aku bisa melihat lesung pipinya yang dalam dari samping.

Kalau dibilang pemandangan Beverly dan Damerius yang saling tersenyum itu menjijikan, aku tidak mengerti lagi harus mengatakan apa dengan ditambahnya tatapan mata Damerius di dalam adegan itu saat ini. Dalam penglihatanku, itu adalah tatapan memuja dan ... penuh cinta? Ew yucks, aku ingin muntah.

Aku jadi teringat dengan perkataan Beverly tadi pagi dan rasanya ingin sekali aku berteriak pada Damerius sekarang, kalau Beverly hanya menganggapnya Kakak, hanya Kakak! Dan aku pastikan dia tidak akan memiliki kesempatan untuk menjadi lebih dari itu.

Baru saja kata-kata Beverly tadi menenangkanku, namun dengan sekejap mata ketenangan itu langsung lenyap ketika aku melihat tangan Beverly terulur untuk menyentuh pipi Damerius.

Aku berdeham keras hingga membuat dua orang yang sedang merasa di dalam telenovela itu menoleh. "Kenapa kalian selalu tertangkap basah sedang bermesraan olehku, huh?" Aku menyeringai dengan tatapan menggoda.

Tapi Beverly sama sekali tidak terpengaruh, dia hanya menatapku dengan wajah datar lalu memutar kedua bola matanya sebelum kembali mengalihkan pandangan nya pada Damerius.

Dia sempat menatap tangan nya yang masih tergantung di udara lalu mendaratkan nya di pundak Damerius lalu menepuk-nepuknya. "Terima kasih Dame, hanya keberadaanmu disini yang bisa membuatku tetap waras ketika pria gila itu berada di dekat ku," sindirnya dengan suara yang cukup keras.

Aku mengangkat sebelah alisku. "Kau membuatku merasa kalau aku lah tokoh antagonisnya disini, Beverly."

Dia menoleh lagi kearahku dengan wajah datarnya. "Kau tidak menyadarinya selama ini?"

Aku menyeringai sambil melangkah mendekat kearahnya. "Setahuku seorang tokoh antagonis pasti memiliki sifat angkuh yang menempel pada dirinya."

Ku kira dia akan marah saat kusebut angkuh, tapi dia malah menyeringai. "I'm in the highest class of this society, Veltman. Dengan segala yang ku punya, kau mengharapkan aku bersikap seperti apa?"

Aneh, biasanya dia akan langsung menatapku tajam dan mengucapkan kata-kata sinis atau paling tidak dia akan memutar bola matanya kalau aku sudah menyindirnya dengan kata 'tuan puteri' namun sekarang ketika aku langsung menembakkan kata angkuh yang kudapati dagunya malah terangkat lebih tinggi.

"Ya, kau memiliki segalanya, termasuk sifat angkuh yang kental dalam darahmu," ujarku dengan tawa mengejek.

"Whatevs Veltman, kau bisa berbicara apapun yang kau mau. Saat ini aku tidak mau berdebat denganmu, energiku harus ku hemat untuk lomba pacuan kuda nanti, aku tidak mau berada di dalam satu mobil denganmu berjam-jam lagi."

Aku menaikkan sebelah alisku dan menatap manik mata sapphire nya intens. "Kenapa? Apa kau takut jatuh cinta padaku nanti kalau kita hanya berduaan dalam waktu yang lama?"

Bisa kulihat dari ekor mataku kalau Damerius sekarang sedang mendelik kearahku dan menatapku tajam. Jealous, buddy?

Beverly mendengus geli. "Butuh waktu 1000 tahun untuk membuatku menyukaimu, Veltman. Sayangnya, kau tidak hidup selama itu," ucapnya yang diikuti kekehen mengejek diujung kalimatnya.

"Kau yakin sekali, baby B." Aku mencubit ujung hidungnya lalu sedikit menggoyangkan nya, membuat sang Tuan Puteri terkesiap.

"Jangan terus-menerus menyentuhku sesuka hatimu, Veltman!" sahutnya kesal sambil melepaskan kedua jariku dari hidung nya lalu menatapku tajam.

Stellar Collision Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang