CHAPTER 18: Is she the kidnapper?

1.5K 191 26
                                    

DAVID'S POV.

Aku menginjakkan kaki di gedung apartemenku saat langit sudah mulai menghitam dan terang nya mentari sudah digantikan oleh lampu-lampu kota.

Aku baru sampai disini malam hari bukan karena laju mobilku yang lambat, tapi tadi aku harus mencari Matthew Atkinson dulu. Dia adalah sahabat Kakakku yang menghilang dari kemarin. Aku sudah mencarinya kemana-mana namun tetap saja hasilnya nihil, aku tidak melihat petunjuk sama sekali kemana dia pergi, bahkan tetangga terdekatnya sekalipun tidak melihat dia keluar dari pintu apartemen nya sejak kemarin.

Saat aku menyeret langkah lelahku di lobby apartemen sambil terus memikirkan kemana perginya Matt, aku melihat satu masalah lagi keluar dari lift. Sidney. Tadinya aku mau berbalik dan berjalan menjauhinya, aku belum siap untuk menjawab rentetan pertanyaan nya nanti, namun tubuhku kaku saat melihat wajah tertunduknya yang dibanjiri air mata.

Aku bergeming di tempatku berdiri sambil menatap tubuh mungil yang sedang berjalan ke arahku itu, menunggu dia mengangkat wajahnya untuk menyadari keberadaanku yang hanya berjarak beberapa meter saja darinya. Namun dia tidak kunjung mengangkat kepalanya juga sampai dia berjalan melewatiku, aku dirundung kebingungan untuk terus berjalan atau menghentikan Sidney, dan akhirnya rasa penasaranku lah yang menang kali ini, aku mau tahu apa yang membuat Sidney sampai tidak bisa mengendalikan emosinya lagi di depan banyak orang. Aku menarik sikunya yang masih bisa kuraih dan itu membuatnya mengangkat kepala, mata merahnya yang masih digenangi air mata itu menatap ke tanganku yang mencekal sikunya lalu naik ke mataku yang sedang menatapnya lekat.

"Dave?"

"Apa yang terjadi Sid?"

Dia hanya menggeleng sebelum memeluk tubuhku erat di tengah-tengah lobby, membuatku sedikit risih karena kami jadi pusat perhatian sekarang, entah akan ada gosip apalagi besok kalau ada yang memotret kami. Aku mencoba melepas pelukan nya, namun tangan mungilnya semakin erat memeluk pinggangku, mau tidak mau akhirnya aku membiarkan dia menangis di dadaku sampai puas.

"Dave....k-kau darimana? B-banyak yang i-ingin kutanyakan pa-padamu," ucapnya terbata di sela isak tangisnya.

"Kau tahu aku darimana Sid," ujarku santai.

Respon tidak terduga datang darinya setelah mendengar ucapanku, dengan tiba-tiba dia mendorongku menjauh lalu menatapku tajam. "Kau tidak sungguh-sungguh berkencan dengan nya kan?"

Untung saja Sidney mengatakan nya dengan suara lirihnya yang hampir menyerupai bisikan. Kalau tidak, orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar kami bisa saja mendengar apa yang dia ucapkan barusan.

"Jawab aku Dave."

Dengan gerakan cepat aku menutup mulutnya dan menariknya ke restroom yang sedang kosong, aku takut orang-orang di sekitar kami akan mendengar suara Sidney yang semakin membesar dan membesar.

Aku mengunci pintu restroom di belakangku lalu melepaskan telapak tanganku yang masih menutupi mulut Sidney, dia mundur beberapa langkah kebelakang setelah terbebas dariku.

Aku mengusap wajahku gusar, tidak mungkin aku bilang padanya kami benar-benar memiliki hubungan, mau bagaimana juga dia manajerku, dia tahu hampir semuanya dan tidak akan percaya kalau ku bilang aku dan Beverly memang sepasang kekasih.

Aku menatap matanya intens. "Kejadian semalam murni kesalahanku Sid, aku harus bertanggung jawab untuk menyelamatkan reputasinya, lagipula ini bukan lah hal yang buruk untuk karirku" ucapku dengan suara pelan.

"Selain itu apa ada alasan lain?" tanya nya lirih, matanya mulai meneteskan air mata lagi.

"Mungkin, karena aku juga ingin dekat dengan nya," jawabku spontan.

Stellar Collision Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang