Hidup itu sepatutnya dinikmati.
Hidup itu seharusnya dihargai.
Ketika masalah menyapa, disitulah kesiapan diuji.
Ketika tidak ada masalah, disitulah hidupmu dipertanyakan.
Karena hidup tanpa masalah itu mustahil.(L.K)
🍁🍁🍁
Ketika dalam keluarga sebuah perhatian terasa sangat berharga, bersyukurlah! Sebab banyak yang menginginkan harus rela berbuat apa saja supaya menjadi pusat perhatian.
Kenakalan remaja yang dihadapi setiap guru itu beragam. Berikut juga dengan alasan di balik apa yang dikerjakannya. Namun, keluarga menjadi alasan paling klise yang sering dialami peserta didik.
Oleh karena itu, pendidikan untuk orang tua juga sangat penting supaya putra-putrinya mendapatkan apa yang dibutuhkan. Meski porsi di sekolah lebih lama dari sebelumnya, tetapi tetap saja segala tindak-tanduk anak paling lama berada di bawah kendali orang tua.
Biru pusing bukan kepalang, belum juga Ardan masuk sekolah, anak didiknya di kelas XI IPS 1 tertangkap tangan merokok di dalam kelas. Salah seorang guru perempuan yang masuk setelah istirahat kedua memintanya untuk hadir di kelas itu.
"Coba bapak cium bau kelas ini!" perintah si guru Pendidikan Agama Islam.
"Baunya iya, Bu. Bau asap rokoknye tebal."
Si guru mengangguk dan memanggil salah seorang guru lagi untuk meminta bantuan.
"Semuanya maju dan bentuk barisan!" perintah Biru tegas.
Seluruh siswa laki-laki dan perempuan maju lalu membuat tiga barisan. Satu barisan putri dan dua barisan putra. Bu Guru PAI bertugas memeriksa laci dan tas milik anak perempuan.
Sementara Biru dan satu guru tambahan tadi memeriksa milik anak laki-laki. Di sudut ruangan, ternyata terselip satu puntung rokok yang terletak di kaki meja. Teman guru akhirnya menemukan korek api di salah satu tas siswa.
Berlanjut ke sisi sebelah kiri, jendela yang biasanya tertutup rapat justru terbuka. Karena rasa penasaran, Biru menengok ke bawah jendela, ada belasan puntung rokok di sana.
"Kalau Pak Biru tahu, sudah pasti itu asap rokok, tapi mereka mengelak dan bilang hanya bakar-bakar kertas saja," ujar Bu Guru Agama.
"Siapa yang bawa?"
Semua peserta didiknya terdiam. Paras yang biasanya ramah dan mudah tersenyum itu tiba-tiba terlihat garang dan penuh amarah.
"Siapa yang bawa rokok dan pemantiknya?" suara penuh penekanan itu semakin membuat siswinya bergidik ngeri.
"Heh, ayo ngaku! Dah pegel berdiri terus, nih!"
"Selamat, untuk kalian yang tidak mengaku! Saya siapkan untuk surat pemanggilan orang tua untuk seluruh siswa kelas ini."
"Loh, kita nggak ikutan kenapa kena juga, Pak? Nggak adil namanya!" seorang siswi berjilbab mengajukan protesnya.
"Karena nggak ada yang ngaku, dan sepertinya laki-laki di kelas ini banci! Berani berbuat aja, tapi nggak berani untuk mengakui kesalahan. Pengecut kalian!" cecar Biru tanpa ampun.
Beberapa siswa yang terkelompok dalam barisan putra saling sikut. Di barisan depan yang berisi siswa minim pelanggaran hanya mampu berpasrah diri. Apalagi sang ketua kelas, Yuda, dia menunduk sedalam yang dia bisa.
"Yuda, siapa yang memulai?"
Entah karena rasa solidaritas atau takut, Yuda hanya menggeleng. Lelaki itu memalingkan wajah dari tatapan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memiliki Kehilangan ✔
General FictionAku seorang Biru, berharap meneduhkan setiap yang melihatku. Jika kalian hitam, berhentilah sekarang. Apakah kalian tahu? Dasar hitam itu adalah putih. Maka kembalilah pada putihmu. Namun bagiku, kalian adalah jinggaku. Pemberi warna dalam hidup, pe...