°°°
Bagi Elang, bahagia adalah perkara hal yang mudah. Bahagia benar-benar sesederhana itu. Tak perlu repot-repot mencari kesana kemari, menurutnya dimana-mana bisa kita dapatkan kebahagiaan.
Contoh yang sederhana, saat bertengkar bersama Randi. Melihat Randi Hardian yang emosian itu berteriak teriak dengan galak, bahkan dengan kata-kata pedas yang sudah biasa ia lontarkan. Mengusili Randi, melihatnya marah dan kesal, Elang bisa bahagia karena hal itu.
Atau saat mengganggu Seola Erinda, adik perempuan Mark. Erin yang jengkel karena terus diganggu, juga Mark yang kesal karena Elang mengganggu adiknya.
Ah, soal Erinda. Bagi Elang, adik dari temannya itu seperti cenayang.
"Jangan coba-coba natep mata Erin. Dia bisa baca pikiran lo!"
Begitu yang Elang katakan setiap melihat Erin. Sedangkan gadis yang setahun lebih muda darinya itu hanya memutar bola matanya malas.
Elang ingat, saat itu ia sedang galau karena gebetannya ternyata sudah punya pacar. Elang duduk dikafe sambil bersenandung sendiri (mumpung kafe sepi), tadinya ia ingin bernyanyi seperti biasa ia lakukan disekolah, cuma karena Elang takut diusir jadi dia hanya bernyanyi pelan-pelan saja.
Kebetulan, Erin yang baru pulang les karena tempat lesnya diseberang kafe itu, ia mampir sambil menunggu untuk dijemput dan tak mengira kalau akan bertemu Elang disana.
Kalimat pertama yang Erin lontarkan ketika bertemu Elang. "Lo galau kak? Lusuh amat mukanya"
Elang yang tak tahu menahu tentang keberadaan Erin itu nyaris tersedak kopi.
Jelas saja. Gadis itu tiba-tiba datang dari arah belakang. Duduk dihadapannya dan melontarkan kalimat yang jelas menohok.
Erin sebenarnya tak sedekat itu dengan kawanan abangnya. Tapi jika ditanya siapa yang paling dekat dengannya, ya jelas Elang. Tiada lain tiada bukan, karena Elang sering menjahilinya. Menggodanya atau menyapanya disaat yang lain tak begitu memusingkan keberadaan Erin.
Hidupnya benar-benar sederhana. Elang tak pernah mencoba menjadi orang lain. Segala hal yang ia lakukan adalah murni keinginannya. Kesenangannya yang ia nikmati.
Saat Elang sedang merasa sedih, maka ia akan bernyanyi segala macam lagu galau yang ia tau dengan tampang menyedihkan. Atau entahlah, Elang jarang bersedih kepanjangan. Menurutnya, masih ada banyak-- bahkan terlalu banyak hal yang bisa ia syukuri, jadi tidak mau bersedih terlalu lama.
Kalau ditanya, sejak kapan ia mulai jatuh hati dengan Navida Windy? Jujur, awalnya Nada hanya salah satu dari sekian banyak target teman yang ingin ia usili.
Tolong ingat sekali lagi, teman Elang itu banyak. Dan termasuk Nada. Berbeda dengan Naren yang jarang, Elang ini lumayan sering berinteraksi dengan Nada.
Yaa, walaupun sebenarnya itu juga terjadi pada semua orang.
Meski hanya sekedar menyapa, menjahilinya, memanggilnya dengan nama aneh, atau diam-diam mencabut sehelai rambutnya sampai si empunya berteriak marah.
Ah, saat itu memang agak gila. Saat itu Elang datang ke perpustakaan. Bukan untuk membaca sih, dia hanya ingin ngadem karena perpustakaan menggunakan AC.
Matanya tertuju kepada Nada yang duduk manis dengan headset ditelinganya. Sedang membaca buku dengan khusyuk.
Tadinya tak ada ide licik sama sekali. Niatnya hanyalah duduk disamping gadis itu dan menganggunya. Namun, karena Nada yang terlalu serius dan tak menyadari keberadaannya, Elang mulai usil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Nada
Teen Fiction-END- "Karena level tertinggi dari ketulusan adalah pengorbanan." . . . Short Story Na Jaemin, Lee Haechan, ft. NCT Dream