6. Hujan

491 86 3
                                    

"Pengen aja"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pengen aja"





°°°




Ujian semakin didepan mata. Para siswa siswi kelas dua belas mulai disibukkan dengan berbagai persiapan. Mulai dari konsultasi tentang kuliah, persiapan PTN, atau segala macam hal lainnya.

Disaat yang lain menghabiskan waktu istirahat kedua yang biasanya lebih panjang dari waktu istirahat pertama itu dengan makan, bermain, bersantai-santai. Elang justru berbeda.

Pemuda dengan jaket abu-abu itu berada digerbang belakang sekolah. Bukan, bukan untuk membolos. Elang sedang menggantung sebuah sepatu diujung pagar.

Sepatu milik Pak Juki, satpam sekolah yang sedang tertidur di pos.

Terlalu serius menggantung sepatu dipagar, Elang rupanya tak sadar kehadiran seseorang dibelakangnya.

"ADOH"

"Pfft--- Hahahahaha!"

Itu Nada. Gadis itu yang diam-diam menghampiri Elang, lalu mencabut sehelai rambutnya buat Elang menjerit kesakitan.

Elang melotot. Sudah berapa kali ia dikalahkan oleh gadis ini?

"Puas ketawa lo?" ucap Elang datar.

Nada tertawa. "Puas dong, hahahaha!"

Elang menggeleng kecil melihat tawa lepas gadis itu. Tanpa sadar tangannya terangkat, mengacak rambut Nada pelan.

"Ih, apaan sih!" protes Nada.

"Syuuut! Udah ih, jangan disini nanti pak Juki bangun gara-gara suara nyaring elo" celetuk Elang menarik tangan Nada pergi.

Nada menoleh kearah satpam sekolah yang sedang tertidur itu. "Lo ngapain? Mau mangkir ya, lo?!"

"Sembarangan! Orang lagi gantung sepatu pak Juki dipager. Elo sih ganggu" jawab Elang tanpa beban, namun sukses buat Nada terbelalak.

"Gila elo ngapain dah, Elaaaang!"

Nada benar-benar tak habis pikir dengan segala pemikiran Elang.

"Gabut, Nad. Udah lama gak ngerjain Pak Juki. Lagian juga tu satpam bukannya jaga malah molor, untung gue siswa teladan jadi gak bolos"

"Punten, yang kayak gini dibilang teladan?" Nada melengos.

Setelahnya, percakapan mereka mengalir begitu saja. Dari Nada yang dengan antusias bercerita tentang gimana Pak Hendra guru killer Matematika yang tiba-tiba terkunci dikamar mandi. Atau Elang yang bercerita tentang ia yang kecemplung di got waktu kecil.

Lalu keduanya mampir dikoperasi. Elang yang duduk dikursi yang disediakan didepan koperasi itu, sambil menunggu Nada yang sedang membeli pulpen baru.

Tentang NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang