5. Melangkah Lebih Maju

473 94 2
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





°°°



Disini lagi Nada. Berdiri diantara rak-rak buku, mengambil beberapa buku untuk dibaca. Seolah tak puas jika hanya satu.

Walau sebenarnya kebiasaan membaca novel harus ia kurangi sedikit. Ujian semakin dekat, Nada harus lebih banyak membaca buku pelajaran daripada novel.

Matanya tertuju pada salah satu novel yang menarik perhatiannya. "Notasi", karya Morra Quarto.

Buku tersebut berada di rak yang tinggi. Membuat tubuhnya yang mungil ini sedikit kesusahan untuk menggapai buku tersebut.

Bagaikan adegan klimaks dalam suatu drama, ada sebuah tangan yang lebih dulu menggapai buku itu dengan mudah.

Saat Nada menoleh, gadis itu sontak tertegun melihat kehadiran Narendra Julian dibelakangnya.

Naren tersenyum tipis. "Nih, bukunya"

Nada tak ingat betul kapan terakhir kali keduanya berdiri sedekat ini. Untuk pertama kalinya, Nada dibuat terpukau dengan manik mata indah Naren yang dipandang sedekat ini.

Waktu seakan berhenti bagi keduanya yang sama-sama menikmati debaran didada masing-masing. Untuk sesaat beradu pandangan hingga saling terpukau satu sama lain.

"Eh" Nada tersentak kecil ketika sadar keduanya sudah terlalu lama beradu pandang. Ia meraih buku dari tangan Naren.

"Makasih ya" ucapnya.

Naren tersenyum. "Hm, sama-sama"

Setelah itu hening. Nada yang tak enak hati langsung pergi begitu saja, dan Naren yang memang sudah memantapkan diri akan berhadapan dengan Nada.

Masalahnya, NAREN HARUS BAGAIMANA LAGI??????

Ilmu tentang menakhukkan hati para gadis seketika buyar semua.

"Emmm, boleh minta tolong gak?" tanya Naren memecahkan keheningan.

Nada mengangguk canggung. Padahal dulu keduanya biasa-biasa saja, kenapa sekarang jadi canggung begini sih?!

"Buku yang bagus apa ya? Yang menginspirasi gitu" ucap Naren sambil melihat-lihat buku yang tertata rapi itu.

"Lo mau baca?" tanya Nada mulai antusias. Naren mengangguk.

Nada terlihat berpikir sejanak. Matanya menari-nari meneliti satu persatu buku yang tertata rapih itu.

Naren disampingnya memandangi itu. Hampir tak menyangka bisa memandang wajah cantiknya sedekat ini. Setelah hampir semalaman mengumpulkan keberanian untuk maju, tak lagi mengagumi dibelakang.

"Lo pasti tau Raditya Dika, kan?" tanya Nada tiba-tiba.

Naren mengangguk. "Hm, tau kok"

Bukan sebatas modus kok, Naren benar tau tentang nama itu. Entah lewat di sosial media, kadang juga melihat rupanya ditelevisi.

Tentang NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang