02 • Be a Friend

228 56 20
                                        

"Kalena? Ibu boleh minta tolong?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalena? Ibu boleh minta tolong?"

Suara seorang wanita yang duduk di kursi guru depan kelas mengalihkan perhatian Kalena dari tulisannya. Kalena mendongak, menatap guru tersebut.

"Iya, bu?"

"Bisa tolong antarkan buku-buku ini ke perpustakaan? Ibu mau ada urusan ke kantor," pinta guru bahasa sekaligus walikelas Kalena sembari menunjukkan setumpukan buku di hadapannya.

Kalena menganggukkan kepala. Merapikan lebih dulu buku catatan kesayangannya, beserta alat tulis lainnya di loker. Lalu berjalan kedepan, menghampiri meja guru.

Guru tersebut mulai bangkit, dengan alat tulis, dan beberapa buku di tangannya.

"Ya sudah, terimakasih Kalena. Ibu duluan ya?" sang guru sedikit mengusap bagian atas kepala Kalena dengan senyumnya, kemudian melangkah keluar kelas.

Di kelasnya, hanya terdapat Kalena memang. Semua sudah berhamburan keluar kelas sejak awal istirahat, termasuk Jifa. Jifa di panggil oleh ketua ekskul yang diikutinya, jadi ia meninggalkan Kalena sendiri. Kalena sedari tadi hanya melanjutkan imajinasinya, menuangkan isi-isi otaknya pada buku catatan yang sudah sangat menempel dengannya itu. Ia tadinya berpikir untuk menunggu Jifa agar pergi ke kantin bersama.

Kalena menatap tumpukan buku di depannya. Buku-buku tersebut di pinjam oleh kelasnya dari perpustakaan untuk bahan ajar pelajaran bahasa, otomatis harus dikembalikan ke perpustakaan juga. Buku-bukunya lumayan tebal, juga jumlahnya yang terbilang tidak sedikit membuat Kalena berpikir bahwa membawanya akan berat.

Seperti yang dikatakan, tidak ada murid lain di kelas, berarti ia harus membawanya seorang diri.

Kalena mengehelakan napas, perlahan mengangkat setumpukan buku tersebut. Benar dugaannya. Memang berat. Punggungnya ia coba tegakkan. Perlahan ia jalan. Bohong kalau ia bilang tidak melelahkan membawanya.

Berkali-kali pula Kalena sempat berhenti, mencari posisi nyaman.

Di pertengahan jalan, sebuah tangan terulur mengambil beberapa buku di bagian atas. Mengurangi beban yang dibawa Kalena.

Langkah Kalena kontan terhenti, ia menatap bingung seorang siswa di sebelahnya yang tengah mengambil separuh buku dari yang dibawa Kalena.

"Ini berat benget. Gila aja lo bawa semua sendiri."

"Kak Heeseung..?" Kalena mengerjap. "Ngapain? Gue nggak papa kok."

"Bantuin lo lah," jawabnya. "Ini dibawa ke perpus kan?"

Tanpa menunggu jawaban dari Kalena yang malah mematung, Heeseung melangkah lebih dulu.

"Eh? Tunggu.." Kalena menyusul, mensejajarkan langkahnya dengan Heeseung.

"Lo ngapain bantuin gue, kak? Emang lo nggak ada kerjaan lain?"

Heeseung melirik sekilas, "Iya, lagi nggak ada kerjaan. Kebetulan liat lo keberatan bawa ini sendiri."

Nemo ; HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang