"MISII PAKEET!"
Heeseung yang tadinya sedang serius bermain kubus rubik, ketika mendengar teriakan seseorang dari luar tersebut langsung bergegas bangun dan berlari ke arah pintu. Tak memedulikan ia yang hampir menginjak ponselnya yang sempat dilangkahi. Heeseung keluar dengan wajah berserinya, mencari seorang kurir yang tak terlihat di pandangan.
"Ck, bisa-bisanya lebih excited ketemu kurir daripada temennya sendiri," ujar seorang pemuda sebaya dengan Heeseung di hadapan pintu.
Heeseung mengernyit, menatap heran orang di hadapannya. "Nu, kurirnya mana? Kok gue nggak liat?"
"Bego!" maki lelaki tersebut. "Itu gue yang teriak! Daritadi gue manggil-manggil lo, telepon, nggak ada yang dijawab! Tibanya teriak paket semangat banget berasa dapet kiriman giveaway!"
Heeseung meringis mendengar celotehan orang di hadapannya. Telinganya memanas. Bagi Heeseung, celotehan seseorang yang menjabat sebagai sahabatnya ini lebih nyaring daripada neneknya sendiri.
"Oh, jadi lo udah nyampe daritadi?" timpal Heeseung lesu. "Ya udah masuk."
"Lo emang ada mesen apa sampe semangat banget nyari kurir?"
Langkah Heeseung terhenti, pandangannya menerawang, "Apa, ya? Nggak ada, sih," jawabnya enteng. Tak tahu saja orang di belakangnya tersebut hampir melayangkan tas yang berisi baju-baju miliknya ke kepala Heeseung.
Geonu, dia yang datang ke kost Heeseung. Berteriak meniru seorang kurir setelah menunggu hampir lima menit di depan kost, dan yang terpenting adalah ia seseorang yang menjabat sebagai sahabat Heeseung tersebut. Di balik kedatangannya ke kost Heeseung adalah karena pintaan Heeseung sendiri.
Saat malam harinya Heeseung menelepon Geonu guna memintanya—memaksa—agar Geonu berkunjung ke kostannya. Tentu saat awal Geonu menolak, ia berkata, "Sekarang kita udah beda kota ya, Seung. Enak banget lo nyuruh gue ke kostan lo, hah? Bayarin tiket keretanya sini kalau mau."
Tetapi dengan perkataan Geonu tersebut, malah memberikan ide pada Heeseung. Tanpa pikir panjang, ia langsung memesan tiket kereta dari kota tinggal Geonu menuju kota Heeseung menetap sekarang secara online.
"Udah gue beliin tiketnya buat besok. Liat chat."
"LAH KOK BENERAN?!"
Karena memang perkataan Geonu soal tiket adalah murni candaan. Ia sama sekali tak berharap Heeseung akan membelikannya tiket kereta.
"Lo nggak mungkin mau biarin tiketnya kebuang, kan? Please lah, Nu.. temenin gue di sini sehari aja. Minggu lo balik lagi. Oh! Sekalian, gue juga udah beliin tiket buat pulangnya."
Di seberang telepon, Geonu menghembuskan napas berat. Ia tahu betul jika Heeseung akan benar-benar terus memohon padanya, juga ia merasa tak enak hati pada Heeseung yang sudah terlanjur membelikannya tiket kereta. "Iya, iya. Besok gue dateng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nemo ; Heeseung
Fanfiction𝓣𝓱𝓸𝓼𝓮 𝔀𝓱𝓸 𝓼𝓮𝓮𝓴 𝓽𝓱𝓮 𝓹𝓪𝓼𝓽 ______________________ ❝ Gue nyari dia ke sini itu cuma modal nekat, harapan tinggi, tapi persiapan nol. ❞ [ hiatus to reborn ]