Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Manik Heeseung menangkap Kalena dengan satu siswi lain sedang duduk di bangku kantin sambil sesekali tertawa. Heeseung memberhentikan langkahnya, membuat beberapa temannya yang sedang jalan bersama Heeseung spontan ikut berhenti juga.
"Kalian duluan gih, sana cari tempat. Nanti gue nyusul," ujar Heeseung.
"Emang lo mau ngapain dulu?" tanya salah satu temannya.
"Ada lah. Udah cepet duluan." Heeseung mendorong sedikit punggung temannya tersebut. Membuatnya mau tak mau menuruti pintaan Heeseung.
Heeseung menghapiri meja yang berisikan dua siswi yang sedang asik berbincang, kemudian berdiri tepat di samping meja tersebut.
"Hai," sapanya.
Atensi dua siswi tersebut langsung teralihkan. Bahkan Jifa tersentak kaget. Heeseung memasang senyum cerahnya, terutama pada Kalena yang sedang menatapnya heran.
"Halo Kalena dan.." Heeseung memicingkan mata membaca pin nama satu siswi lainnya. "Jifa.."
Para siswi tersebut makin dibuat tak mengerti pada perlakuan tiba-tiba Heeseung yang menghampirinya.
Jifa mengalihkan pandangan, menatap Kalena seolah meminta penjelasan.
"Lo deket sama kak Heeseung?" tanyanya berbisik, nyaris tak kedengaran kalau saja Kalena tak peka dari pergerakan bibir Jifa.
Kalena menggeleng pelan dengan raut wajah ragu, gelengan yang menandakan bahwa dirinya sendiri tak mengerti apapun. Kalena memang mengingat betul bahwa sewaktu pulang sekolah kemarin, ia dan Heeseung terlihat lumayan akrab dengan dihiasi perbincangan. Dan ia pun masih ingat kala Heeseung memaksa dirinya menjabat tangan Heeseung yang berkata mau berteman dengannya. Hanya saja tak mengira sampai berusaha sedekat ini.
"Gue dianggurin nih?" tanya Heeseung merasa dirinya malah tak dianggap oleh dua siswi di hadapannya. Ia menghembuskan napas kasar.
"Ng-ngapain?" tanya Kalena akhirnya buka suara.
"Bertegur sapa sesama teman."
"Hah?"
Heeseung menoleh pada Jifa yang menunjukkan ekspresi cengo.
"Temen deket Kalena, kah?" tanya Heeseung pada Jifa.
Jifa menganggukan kepalanya perlahan.
Heeseung tersenyum, kemudian melambaikan tangannya singkat. "Salam kenal, Heeseung."
Jifa mengerjapkan matanya. Otaknya mencerna kejadian barusan. Sangat aneh perlakuan tiba-tiba Heeseung tersebut.
"Mau memperluas pertemenan aja," lanjut Heeseung. "Ya udah cuma itu doang kok, gue balik ke temen-temen gue lagi, ya?" pamitnya sebelum akhirnya melangkah meninggalkan Kalena dan Jifa yang masih dibuat bingung.
Sangat tiba-tiba bagi mereka.
"Sejak kapan dia deket sama lo?" tanya Jifa setelah memastikan Heeseung benar-benar sudah berbaur kembali dengan kumpulan siswa kelas dua belas lainnya.