Heeseung yang baru saja keluar kelas, langsung dapat melihat Kalena berjalan sendirian di koridor sekolah. Seulas senyumnya langsung ia tunjukkan. Heeseung segera menghampiri Kalena, menyamakan langkah kakinya.
"Kalena," sapanya.
Kalena tersentak dengan kehadiran tiba-tiba orang di sebelahnya. Ia menoleh pada Heeseung, tetapi langsung membuang muka dan berjalan dengan langkah lebih cepat guna menghindari Heeseung.
"Loh?" Heeseung melongo. Ia berpikir sebentar apa yang pernah dilakukannya kepada Kalena.
"OH IYA!" pekik Heeseung.
Membuat Kalena kesal di halaman belakang sekolah karena merebut paksa bukunya. Tentu itu yang membuat Kalena bersikap jutek, tidak ada lagi.
Merasa sudah cukup tertinggal, Heeseung kembali menyusul Kalena.
"Kal—"
"Apa sih?" tanya Kalena jengkel. Merasa risi dengan Heeseung yang terus mengekorinya.
"Maaf.." ucap Heeseung dengan nada penyesalan. Serius, Heeseung benar-benar merasa bersalah pada Kalena.
Lagian siapa sih yang tak kesal jika barang pribadinya diambil paksa tanpa persetujuan?
Kalena tertegun. Melihat di depan matanya Heeseung bertingkah seperti anak kecil yang menyesali perbuatannya kepada sang ibu. Tidak, tidak bisa. Itu terlalu menggemaskan di mata Kalena.
Segera Kalena mengalihkan pandangannya. Entah terkena serangan apa, jantungnya seketika berdetak lebih kencang dari biasanya.
"Dimaafin, kan? Gue nggak tau kemaren kalau itu bisa bikin lo nggak nyaman," mohon Heeseung kembali. Lebih parahnya, sekarang Heeseung berusaha menatap Kalena yang sedang mengalihkan pandangan.
"Ck, iya, iya! Jauh-jauh muka lo. Sebel liatnya."
Senyum Heeseung kembali mengembang, bersamaan dengan giginya yang juga ditunjukkan.
Kalena melirik sekilas, kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
"Sendirian doang? Jifa mana?" tanya Heeseung masih setia mengekori kemana pun Kalena melangkah.
"Di kelas, samperin aja."
Heeseung dibuat bingung dengan perkataan Kalena yang diluar pemikirannya. "Ngapain gue samperin?"
Kalena memberhentikan langkah kakinya. Memberikan tatapan lebih heran pada Heeseung.
"Ya barusan kan lo nanyain Jifa. Kalau mau ketemu, dia ada di kelas," jelas Kalena dengan muka polosnya.
Heeseung tak habis pikir. Ia sampai gemas sendiri dan spontan memejamkan matanya sekilas.
"Nggak gitu.." Heeseung menghembuskan napasnya gusar. "Gue nggak ada urusan sama Jifa. Gue nanya karena kan biasanya lo bareng dia, ini kenapa sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nemo ; Heeseung
Fanfiction𝓣𝓱𝓸𝓼𝓮 𝔀𝓱𝓸 𝓼𝓮𝓮𝓴 𝓽𝓱𝓮 𝓹𝓪𝓼𝓽 ______________________ ❝ Gue nyari dia ke sini itu cuma modal nekat, harapan tinggi, tapi persiapan nol. ❞ [ hiatus to reborn ]