11 • Confess

181 27 5
                                    


Holaaa~~ udh brp minggu aku mengghosting cerita ini? 🤔

Hehe, maaf ya bru up skrg. Jdi sebenernya alesannya umum, dan pasti banyak org lain yg pake alesan ini, dan kalian jg pasti udh paham. Yap, exam😍‼️

Niatnya selesai ujian betul mau up, tpi ternyata kemageranku ga ikut selesai jg, dan barulah skrg mood pas udh liburan😪.

Yaudah si itu aja bacotannya, mksh  mau baca. So, happy reading~!















"Hai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hai."

Kalena menolehkan pandangannya dari depan, memberhentikan kakinya sesaat lantas menatap seorang siswa yang barusan menyapanya dari samping.

"Hai juga," balasnya singkat. "Kok masih lengkap?" Kalena mengarahkan telunjuknya pada atribut-atribut yang Heeseung kenakan.

Tadi, saat upacara, Heeseung bertugas menjadi salah satu pengibar bendera. Atribut-atribut yang digunakannya selama upacara masih menempel pada tubuhnya saat ini, belum dilepas.

"Iya nanti gue lepas di sana, sekalian jalan," jawab Heeseung. "Gimana? Keren nggak tadi gue?" tanya Heeseung sembari menaik-turunkan satu alisnya percaya diri.

Kalena mendelik, "Nggak. Biasa aja."

"Bohong. Nggak usah malu-malu, bilang aja emang gue keren."

Kali ini Kalena menampakkan wajah seriusnya. "Beneran, kayak biasa aja. Nggak ada bedanya lo sama pengibar lain, kak."

Memang tak seharusnya Heeseung merasa percaya diri di hadapan Kalena. Heeseung kemudian langsung menurunkan senyumnya dengan drastis. "Kok ya, jujur banget.." keluhnya.

Kalena mendengarnya, namun ia hanya mengendikkan bahu. Tidak peduli juga.

Heeseung mencari topik baru untuk meredam rasa malunya sendiri. Melihat sekitar, dan.. ketemu!

"Kok sendir—"

"Jifa nggak masuk. Sakit," potong Kalena cepat. Tanpa Heeseung menyelesaikan kata-katanya pun, ia sudah tahu arah pertanyaan Heeseung.

Heeseung terdiam, kemudian terbahak di sekon berikutnya. Entah kenapa sikap jutek Kalena kadang malah terlihat lucu di mata Heeseung.

Heeseung berdeham, "Kal, pulang sekolah bisa ketemuan sama gue di halaman belakang dulu nggak?" tanya Heeseung, lagi.

Kalena menoleh. Mengernyitkan dahinya, menatap heran pada Heeseung. "Pulang sekolah? Mau ada apa?"

"Ada yang pengen gue omongin sama lo."

"Kenapa nggak sekarang aja?"

Heeseung menggelelengkan kepalanya ribut, "Nggak bisa."

"Sebentar doang kok. Ya?" Heeseung sekarang menunjukkan tatapan harapannya pada Kalena. Masih terus berharap dalam hati bahwa sebentar lagi Kalena akan melontarkan pernyataan setuju.

Nemo ; HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang