Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalena berpijak pada rerumputan di halaman belakang sekolah. Tetap sama seperti hari-hari sebelumnya, lahan kosong tersebut tidak dihuni siapa pun saat dirinya sampai. Kalena heran, kenapa tidak ada yang mau berkunjung kesana selain dirinya sejauh yang ia tahu? Padahal baginya lahan tersebut terbilang cukup terawat, tidak terlalu gersang untuk dijadikan bahan tongkrongan.
Kesampingkan kemungkinan-kemungkinan mistis. Ini siang hari, sekadar menenangkan diri barang sebentar di tempat sepi seperti ini tidak ada salahnya bukan?
Ya tapi jika sudah ada orang lain yang menjadikan halaman belakang ini sebagai tempat nongkrongnya juga selain Kalena, pasti Kalena akan risi dan berganti tempat. Abaikan, ia terlalu labil.
Kalena mendudukkan dirinya di bangku kayu yang sudah terlihat tua, tetapi masih layak. Menyandarkan punggungnya pada kursi tersebut dan mulai memilih musik dari ponselnya yang ingin didengarkan sembari menulis. Memasang earphone pada kedua telinga, dan mulai membuka lembaran dari buku yang selalu dibawanya setiap hari.
Semua lancar, tak ada hambatan. Hanya berisikan Kalena yang sibuk baradu dengan imajinasinya lalu dituangkan kedalam tulisan tangan menggunakan pensil. Tak jarang pula ia menghapus bagian yang menurutnya kurang cocok.
Menit berlalu, keadaan masih sama sampai seseorang ikut memijakkan kakinya pada halaman belakang sekolah. Merasa baru dengan lingkungan yang sedang dilihatnya sekarang. Matanya langsung terpaku ketika melihat seorang siswi dengan tenangnya menulis sembari sesekali menggerakkan kepala—menikmati alunan musik yang masuk.
Seseorang yang baru masuk tersebut menghampiri Kalena dengan senyum tipisnya. Berharap Kalena akan membalasnya hangat.
Tapi sepertinya ekspektasinya harus diubah sedikit.
Karena saat Kalena merasa seseorang menutupi cahaya matahari yang disinarkan padanya, Kalena justru menatap orang tersebut heran.
"Kak Heeseung?"
Heeseung makin melebarkan senyumnya. Bahkan sekarang deretan gigi putihnya ia perlihatkan. Heeseung duduk di samping Kalena secara tiba-tiba, membuat Kalena terlonjak.
"Ngapain di sini?" tanya Kalena dengan tangan yang melepas salah satu earphone dari telinga kanannya.
"Tadi gue tanya temen lo, siapa namanya? Jifa, ya? Dia bilang lo lagi ada di sini. Makanya gue samperin," jawab Heeseung tenang.
Kalena dibuat cengo. 'Maunya apa sih nih orang?'
"Eh? Itu kan buku yang pernah gue liat." Heeseung mengarahkan pandangannya pada buku yang sedang dipegang Kalena. "Isinya apa? Mau liat dong."
Kalena segera menyembunyikannya dibalik punggung. "Mau ngapain sih?"