tiga

16 3 0
                                    

"Pak ,bu kami datang .. Maaf hanya sempat mengunjungi kalian setahun sekali seperti ini" Ucap Jihoon didepan abu kedua orang tua angkatnya. Junghwan menepuk bahu Jihoon pelan.

"Paman bibi, aku harap kalian berbahagia diatas sana. Terima kasih sudah menjadi orang tua bagiku. Aku janji aku akan selalu bersama Jihoon sampai kapanpun" Junghwan tersenyum dengan  air mata yang membasahi kedua pipinya.

"Terima kasih sudah mau menampung kami. Meski hanya sebentar merasakan hidup bersama kalian tapi aku merasakan setiap ketulusan kalian" Ucapku dalam hati sambil memeluk Mashiho dan Asahi yang selalu menangis jika mengunjungi tempat ini.

Bagi kedua pemuda yang lahir di waktu yang sama denganku itu, orang tua angkat Jihoon lebih dari sekedar orang tua. Kedua sosok paruh baya yang sempat mengurus kami selama beberapa tahun itu adalah seorang pahlawan dan panutan bagi Mashi juga Asa.

"Terima kasih untuk segalanya. Tanpa kalian kami tidak mungkin hidup sampai saat ini. Terima kasih. semoga kalian mendapat kebahagiaan disana" Ucap Hyunsuk mengakhiri kunjungan kami kali ini.



Rutinitas kami di hari peringatan seperti ini selain mengunjungi krematorium adalah pergi ke bukit karang di ujung pantai. Tempat favorite ibu angkat Jihoon saat beliau masih ada. Disana biasanya mereka merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang sayangnya jatuh di tanggal yang sama dengan kematian mereka.

"Jihoon" ucap Mashi pelan. Jihoon menoleh, "Kami sudah menyiapkan semuanya tadi siang, kita bisa pergi setelah ini" Ucap Mashiho "Terima kasih" Sahut  Jihoon.

"Jangan berterima kasih pada kami, justru kami yang harus berterima kasih padamu dan mereka" Ucap Haruto.

"Terima kasih sudah menjadi rumah dan keluarga untuk kami semua" Junkyu berucap mewakili kami semua.

Jihoon tersenyum dan menatap kami satu persatu "Kita keluarga kan? Jangan pernah tinggalkan aku" Jihoon tertunduk. Ucapannya sarat dengan nada permohonan.

Aku tertegun. Sejenak aku merasa menjadi orang yang paling egois disini, terus saja menunggu orang itu sedangkan disini keluargaku sesungguhnya berharap harap cemas takut berpisah satu sama lain.

"Maaf" Aku tertunduk "Maaf jika selama ini aku selalu terlarut dengan masalahku sendiri" Ucapku pelan.

"Bukan salahmu, kami semua juga pernah mengalami hal itu. Mungkin kau hanya masih percaya untuk menunggunya yosh. Kami sangat mengerti bagaimana perasaanmu." Ucap Jihoon "Tapi ijinkan aku egois agar kalian tetap disini bersamaku" Lanjutnya lirih.

"Kami tidak akan pernah kemana mana hoon" Ucap trio J (Junkyu, Junghwan, Jeongwoo) yang sudah berlinang air mata.

"Kau adalah keluarga kami , kau rumah tempat kami pulang" Ucap Hyunsuk.

"Aku bahkan tidak punya siapapun selain kalian" Lanjut Haruto yang berusaha menahan air matanya.

"Ya, ruto benar aku bahkan tak pernah ingat darimana aku berasal karna yang aku tau aku hidup disini dan akan tetap ada disini" Ucap Jaehyuk

"Bersama kalian" Lanjut Yedam, aku mengangguk dan tersenyum.

"Aku tidak akan pergi meskipun dia datang" Ucap Asahi
"Dan aku akan jadi orang pertama yang melarang Yoshi pergi dari kami" Sahut Mashiho
"Aku tidak akan kemanapun tanpa kalian" Ucapku

"Terima kasih, terima kasih untuk semuanya" Jihon terisak.



Kami saling memeluk satu sama lain dan untuk pertama kalinya Haruto memeluk kami seerat ini. Selama ini Haruto hanya menguatkan hatinya dengan menjauhi berbagai macam bentuk skinship karna nyatanya hanya sebuah pelukan mampu menunjukan sisi rapuh pemuda Jepang itu. Dia bahkan menangis tersedu dipelukan Jihoon sekarang. Mungkin menumpahkan kesedihan yang dia pendam selama ini.


Yaa kami punya cara sendiri untuk membuat diri kami terlihat kuat. Salah satunya cara yang Haruto lakukan. Lain Haruto, lain lagi denganku. Aku memilih lebih banyak diam untuk terlihat kuat. Karna dengan banyak bicara rasanya aku tak bisa menahan kesedihan dan rasa sakitku. Air mataku selalu berlomba lomba keluar setiap kali aku bicara.

Pondok TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang