Aku akhirnya paham tentang maksud dari tatapan iba, dan juga kalimat "It must be hard" yang diucapkan Caleb waktu itu.
Semenjak pertemuan pertama itu, kami jadi lebih sering mengobrol sambil menunggui Nabila selesai dengan kelasnya. Aku memang bertugas untuk mengantar-jemput Nabila karena Jorey masih sibuk dengan kasus yang ditanganinya di Bali.
Dan aku harus mengakui, kalau aku tidak pernah merasa senyaman ini membicarakan tentang kehidupan pribadiku kepada orang asing, selain saat bersama Caleb. Entahlah karena dia memang punya basic dalam membimbing murid-murid bermasalah, atau mungkin karena aku merasa dia bukan orang yang benar-benar asing. Yang jelas, aku senang menghabiskan waktu dengannya.
Topik pembicaraan kami pun tidak pernah jauh-jauh dari Nabila. Yang mana alasan tersebut pulalah yang membuatku selalu penasaran mendengar cerita-ceritanya. Suatu kali, Caleb pernah mengatakan kalau Nabila pernah menasihati salah seorang temannya: "Jangan suka bentak-bentak dong, kalau ngomong, nanti keluargamu nggak mau tinggal sama-sama lagi lho! Kayak Mamaku yang nggak mau tinggal sama papaku lagi."
Pemikirannya yang begitu polos, sukses membuat hatiku terasa ngilu. Andai saja persoalan tinggal bersama bisa diselesaikan dengan berhenti membentak, tentu akan mudah.
Jorey sendiri sebenarnya sudah sangat berhati-hati saat berbicara di depan Nabila. Dia juga tidak pernah membentakku di depan gadis kecil itu. Tapi, tetap saja itu tidak cukup untuk merekatkan keluarga kami kembali kan?
Kali lainnya, Caleb juga bercerita kalau Nabila merupakan anak yang kuat dan selalu berpikir positif. Dengan gaya sok bijaknya, dia pernah berkata pada teman yang lainnya, "Makanya, kalau mau doa kamu didengarin Tuhan, kamu harus rajin makan sayur. Kayak aku. Aku sekarang rajin makan sayur lho, biar Tuhan mau kabulin doaku supaya bisa liburan bareng Papa sama Mama ke Disney Land."
Caleb mengaku, dari celetukan Nabila pulalah dia bisa menebak bahwa aku gagal membina rumah tanggaku. Bahwa aku seorang janda. Walau Caleb mengapresiasi caraku mendidik Nabila, dia juga tak segan-segan memperingatkan aku tentang sikap posesif Nabila. Fakta yang cukup mengejutkan, karena kupikir Nabila sudah tumbuh dengan sangat baik.
"Well, dia pintar dan cepat nangkap. Jadi sensei di kelasnya suka ngasi reward dengan pujian gitu. Sampai akhirnya, Bila deket banget sama sensei-nya. Tapi waktu Bila tahu ada anak lain yang diperlakukan sama kayak dia, Bila malah ngambek."
"Why?" Aku masih tak habis pikir.
Caleb berdeham singkat. "Aku bisa mengerti perasaan Bila, karena aku pernah ada di posisinya, Kak. Mama menikah lagi waktu usiaku sepuluh tahun. Dan sejak saat itu, aku paling nggak suka orang-orang yang aku sayangi membagi kasih sayangnya untuk orang lain. Aku cemburu."
Jadi ini salahku?
Salahku karena membuat Nabila jadi produk broken home? Sungguh, aku sama sekali tidak berniat untuk menjadi egois dengan menempatkan putri kecilku dalam situasi yang tidak lazim seperti ini. Hanya saja, untuk membentuk keluarga diperlukan kerja sama kedua belah pihak kan? Aku ingat berusaha cukup keras untuk meyakinkan Jorey kalau kami bisa memulai dari awal lagi, asalkan dia bersedia melupakan Friska.
Tapi bagaimana bisa? Kalau Jorey tetap merasa perceraian adalah jalan yang terbaik?
Caleb menyentuh pundakku, saat aku mulai menitikkan air mata. "Ini bukan salah Kakak. Ini proses yang alami, Kak. Alasan aku cerita ke Kakak juga bukan untuk menyudutkan Kakak sama sekali, tapi untuk kita bisa sama-sama membangun karakter Bila jadi lebih baik lagi. Kita hanya perlu meyakinkan dia, bahwa semua baik-baik saja meski dengan kondisi keluarga yang terpecah belah."
Ingatkan aku kalau sedang berhadapan dengan orang yang sama dengan anak kecil yang kutimpuk dengan keset kaki puluhan tahun silam. Bagaimana mungkin sosoknya tiba-tiba sudah tumbuh besar menjadi sosok yang bijaksana seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Unconditionally [TERBIT]
ChickLit[21+] Ini tentang Litha, yang terjebak dalam sikap heroiknya, hingga jatuh cinta pada seorang preman berkedok pengacara. Ini juga tentang Nabila, anak tunggalnya yang butuh sosok seorang ayah. Meski benci hingga ke tulang-tulang, Litha harus berdama...