🔞🔞
Sesuaikan jam baca yaa guyss..
🙈🙈•●●•
"Aku sayang kamu."
Suaraku terdengar sengau. Efek dari tangis yang baru reda setelah beberapa jam. Kami masih belum mengubah posisi. Aku masih berada dalam pelukan Jorey, menumpahkan semua keluh kesahku yang hanya dibalasnya dengan kata maaf dan beberapa penjelasan singkat. Khas jorey.
Penjelasan yang kurang lebih sama dengan yang diungkapkan Meta waktu itu.
Intinya ... semua karena Gustowo-Gustowo sialan itu. Dan demi moment yang begitu emosional ini, aku tidak sudi membahas terlalu banyak tentang musuh bebuyutan mantan suamiku itu sekarang.
"Aku sayang kamu," ulangku karena belum mendapatkan respons yang layak.
Jorey akhirnya menyahut singkat, "Aku tahu."
Tangannya kembali didaratkan di atas kepalaku untuk mengusap-usap lembut. Tapi aku segera menepis pada sapuan kedua. Membuatnya sontak menarik mundur kepalanya untuk bisa menunduk dan menyorot wajahku yang berada dalam posisi lebih rendah.
Aku mendongak untuk membuatnya bisa melihat wajah kesalku dengan jelas. "Kamu tahu dan yang bisa kamu tawarkan hanya backstreet? Apa nggak ada status yang lebih kekanak-kananakan lainnya?" sindirku tegas.
Jorey mengembus napas lelah. "Aku nggak bisa jagain kamu 24 jam, Litha. Aku punya banyak tanggungjawab."
"Dan aku sama sekali bukan tanggungjawab buat kamu?"
Wajah Jorey kontan memerah. Bukan seperti akan meledak, melainkan ... tersipu. "Kamu ... hidupku."
Cara menjawabnya yang malu-malu kucing itu justru membuat jantungku bertingkah tak karuan. Alih-alih menuntut lebih banyak, yang meluncur dari bibirku malah gumaman tidak jelas. Antara berusaha menyangkal dan tersipu malu.
"Mereka perlu aku, Litha. Dan aku ... perlu kamu. Aku nggak akan bisa apa-apa lagi kalau kamu kenapa-napa."
"Tapi caramu menjagaku malah perlahan-lahan membunuhku, Jo."
Jorey berdecak untuk mengatasi kebingungannya sendiri, sebelum kembali membujuk. "Nggak akan lama lagi. Aku janji."
Payah. Dia memang sama sekali tidak akan bisa berkata manis.
Aku mendengkus, lalu mengubah posisi dengan membelakangi tubuhnya namun tetap membiarkan kepalaku bertumpu di atas lengannya.
"Please...," bujuknya lagi. Merapatkan dadanya ke punggungku. Mencubit daguku untuk berpaling kembali menghadapnya.
"Asal kamu bisa meyakinkan aku untuk tetap memilih kamu di antara pria lain di luar sana. Kamu tahu sendiri aku cukup populer. Backstreet cuma bikin kamu kehilangan hak untuk bisa klaim aku sebagai milikmu."
Jorey mengernyit, mulai tampak sebal. "Kamu sengaja menguji aku, ya?"
"Tergantung ... apa yang bisa kamu tawarkan untuk membuatku yakin?"
"Aku janji nggak akan ada rahasia lagi," jawabnya mantap.
Aku menggeleng kecil. "Nggak cukup."
Jorey mengerang tertahan, sambil merapatkan kelopak matanya. Sesaat dia tampak kesal. Tapi ekspresinya berubah mengerikan dalam beberapa detik saja. Ada seringai yang mendadak muncul di sudut bibirnya. "Apa harus memberimu tanda, seperti yang diajarkan Meta ke Nabila?"
Belum sempat aku menertawai ide konyolnya itu, Jorey sudah lebih dulu mengendus-ngendus rambut yang terurai berantakan di sekitar leherku sambil bergumam tidak jelas. Gerakan yang ternyata bertujuan untuk menggali jalan menuju kulit leherku. Aku baru menyadarinya ketika bibirnya mendarat di leherku. Menandaiku dengan ciuman lembut. Aku menengadah, seolah memberi petunjuk bahwa ada banyak area yang juga ingin diberi tanda. Dan, dia mengerti maksudku. Ciumannya berpindah. Namun gaya menciumnya masih sama; lembut. Aku tidak pernah tahu kalau sentuhan seringan kapas itu berpotensial menghancurkan jantungku. Karena aku bisa merasakan jantungku meledak dengan efek darah menjadi sangat panas dan membakar tubuhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Unconditionally [TERBIT]
ChickLit[21+] Ini tentang Litha, yang terjebak dalam sikap heroiknya, hingga jatuh cinta pada seorang preman berkedok pengacara. Ini juga tentang Nabila, anak tunggalnya yang butuh sosok seorang ayah. Meski benci hingga ke tulang-tulang, Litha harus berdama...