Hopeless

344 61 4
                                    

Pagi datang. Nampak Mina yang lebih dulu bangun dari tidurnya dibanding kedua koleganya keluar kamar. Mungkin lebih tepatnya ia terbangun. Barusan ia bermimpi tentang pertemuan awalnya dengan Dahyun. Mimpi itu nampak begitu nyata baginya. Bahkan ia merasa seperti kembali pada waktu itu.

Choco pie pertamanya, pernyataan Dahyun padanya sewaktu di lapangan, hingga ciuman pipi itu menjadi teringat di benaknya. Buru-buru Mina menggelengkan kepalanya cepat. Perasaan kepalanya tidak terbentur apapun ketika saat melarikan diri semalam.

Ia membuka kulkas dan mengambil minuman. Mungkin dengan air dingin, bisa mengurangi keanehan sistem otaknya.

Suasana di tempat felix masih terasa sepi sehingga Mina dapat mendengar kicau burung dengan jelas. Mereka bertiga sepakat untuk hari ini akan meninggalkan tempat itu bersamaan agenda bertemu Direktur Im pagi ini.

Selesai minum, ia bergerak menuju sofa depan televisi. Tiba-tiba saja wajah Jihyo muncul dalam benaknya. Mina baru menyadari tidak adanya kehadiran wanita itu disini.

"Hm?"

Matanya menangkap sebuah alat lencana yang ada diatas meja. Lencana milik Jihyo.

Jadi, Felix sengaja memberikan lencana pada keempat gadis itu sebagai alat bantu mereka kemarin. Dan seingatnya semua membawa masing-masing alat itu sebelum berangkat ke gedung pertemuan untuk komunikasi.

Kenapa milik Jihyo ada disini? Apa ia tidak membawanya? Jika tidak, lalu dengan apa ia berkomunikasi dengannya kemarin?

Berbagai pertanyaan mulai muncul di kepala Mina. Dugaan Momo mulai masuk akal baginya, jika ini semua adalah rencana si wanita asisten Mr. J itu.

"Kau bangun pagi rupanya."

Suara bariton dari arah pintu depan membuat Mina tersentak kecil. Buru-buru ia berbalik badan sambil menutupi aksinya yaitu mengambil lencana itu untuk dimasukkan ke kantong celananya.

"Hai." Sambut Mina.

"Aku sudah membuat sarapan, tapi ternyata aku kehabisan susu jadi aku keluar sebentar untuk membeli." Penjelasan Felix hanya dibalas senyuman kikuk dari Mina. "Yang lain mana?"

"UWAAA!!!"

Teriakan Sana yang muncul sambil berlari dari kamar membuat arah pandang Felix dan Mina teralihkan, kompak menatap bingung bercampur kaget.

"Rekanmu Mina, dia aneh!" Heboh Sana.

"Aneh kenapa?"

"Aku sedang tidur dengan tenang sampai tiba-tiba saja ranjangku bergetar. Aku kira ada gempa jadi aku langsung membuka mata. Tapi ternyata kau tahu? Gadis Kyoto itu sudah ada di kasurku menari tidak jelas dengan mata masih tertutup! Dia benar-benar gadis yang aneh!"

Mina menghela napasnya panjang dan memutar bola matanya. Apa Sana tidak menyadari bahwa ia tidak jauh beda dengan Momo?

Ingin rasanya menanyakan itu pada Sana namun Mina terlalu malas membuat soal ini jadi panjang. Ada soal panjang yang lebih penting harus mereka pikirkan.

"Berisik sekali." Momo akhirnya muncul masih dengan muka bantalnya. Ia menatap Mina lalu berganti pada Sana yang sudah berdiri dibelakang Mina. "Kau kenapa? Menemukan serangga di toilet lagi yaa?"

"Lebih dari itu!"

"Selamat pagi." Sapa Felix.

Momo tersenyum pada Felix. "Kau memasak?"

"Aku sudah membuat pancake dan sup jagung. Karena semua sudah bangun, jadi ayo sarapan bersama!"

Tanpa menunggu lama, Momo langsung membuntuti Felix ke dapur tanpa memperdulikan Sana dan Mina.

J's AngelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang