All Happened for a Reason

333 61 2
                                    

"Setelah ini aku akan benar-benar memecat Yoo Jeongyeon!" Sana mengomel sendiri.

Mereka akhirnya berhasil menyelematkan diri dan kini sudah berada di lab milik Felix untuk mengobati luka sekaligus membersihkan diri.

Sang pemilik lab sendiri hanya tersenyum mendengar rentetan kalimat gerutu dari Sana. Dia satu-satunya orang yang mendengarkan omelan Sana sejak awal sambil membantu mengobati luka mereka.

"Dia sudah kelewatan. Bisa-bisanya ia menyembunyikan rahasia sebesar ini padaku."

Momo sendiri sudah sibuk memikirkan keadaan rekannya Mina dan Jihyo. Melihat Jihyo yang tiba-tiba menghilang setelah ledakan membuat kecurigaannya terhadap Jihyo semakin besar. Bahwa ini semua hanyalah rekayasa yang dibuatnya.

"Jadi rencana kalian selanjutnya ingin mengejar orang bernama Jeongyeon itu?" Felix akhirnya menanggapi dengan pertanyaan.

"Ya. Akan kuhajar wajah tengilnya itu." Ucap Sana menggebu-gebu.

"Tunggu Sana, apa kau tidak memikirkan keadaan kita dulu? Mina entah dimana, Jihyo hilang kontak, bagaimana bisa kita melanjutkan rencana jika terpencar begini??"

Sana ingin membuka suara namun Momo kembali berkata, "Lagipula lebih baik kau diam saja. Cukup semalam kau membuat masalah dari rencanamu."

"Jadi kau menyalahkanku karena ini semua??" Sana akhirnya bangkit dari duduknya, tidak terima akan tuduhan Momo.

"Kalau kau tidak keluar dari gedung untuk mengikuti nafsu pria itu tentu kita tidak akan terpencar sekarang."

Sana tidak percaya Momo akan berkata demikian. Sepertinya penilaiannya terhadap wanita didepannya lebih buruk dari Jeongyeon.

"Tapi dari pria itulah kau jadi tahu rencana busuk mereka lebih rinci terhadap Direktur Im!"

"Hei..hei..tenang. Jangan saling menyalahkan, lebih baik kita cari jalan keluarnya. Akan kubantu." Felix akhirnya menengahi sambil mengambil tempat duduk didepan komputernya. "Nuna tadi bilang membawa ponsel pria bernama Mark itu kan? Bawa kemari."

Momo dan Sana tidak tahu apa yang akan bocah ini lakukan namun ia bisa mempercayainya. Tanpa menunggu lama, Sana pun menuruti perintah Felix.

***

"Dan kali ini ia sendirian. Tamat riwayatmu."

"Sebenarnya aku lembut dengan wanita, namun jika ia sudah memberontak aku tidak akan segan-segan memberlakukanmu seperti pria ketika berkelahi."

Mina tidak bisa menyembunyikan rasa gugup dan takutnya. Keringat melewati pelipisnya walaupun suhu ruangan terasa cukup dingin. Jika sudah dalam keadaan seperti ini, hanya Dahyun yang dapat menyelamatkannya. Orang yang selalu datang tepat waktu setiap Mina membutuhkan perlindungan.

Sayangnya, Mina sudah tidak memiliki alasan untuk mendapatkan perlindungannya lagi karena seseorang sudah memutuskan hubungan mereka. Dan orang itu adalah Mina sendiri.

Sedikit merasakan penyesalan dalam hatinya, buru-buru ia buang perasaan itu. Ia tidak ingin bergantung pada orang yang lebih muda darinya itu.

Mina langsung memasang posisi kuda-kuda bersiap untuk melawan.

"Kan sudah ku bilang, kita bisa selesaikan ini baik-baik nona," salah satu dari mereka melangkah mendekati Mina. "Aku bisa melepaskanmu tanpa harus ada kekerasan—Agh!"

Mina langsung memelintirkan tangan yang ingin menyentuhnya dan sedetik kemudian badannya sudah dijatuhkan oleh Mina.

Rekannya tentu terkejut. "Baiklah nona, kau yang meminta dengan cara keras."

J's AngelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang