Death Note

356 69 12
                                    

Caution!

(R-BO)
Remaja - Bimbingan Orang tua





















Sana mengikuti pria yang bernama Mark itu masuk ke dalam hotel mewah berbintang lima. Ia berusaha untuk tenang walaupun rasa was-wasnya lebih mendominasinya saat ini. Tanpa ada koleganya, Sana hanya akan ada berdua saja dengan pria asing malam ini.

"Ini kartu kamarnya Tuan."

"Terimakasih." Mark menerima itu dalam langsung menarik tangan Sana menuju kamar. "Relax saja."

Mereka sampai di depan kamar bernomor 2114. Salah satu kamar yang terletak di lantai paling atas. Tidak salah jika kamar ini dikategorikan sebagai suite room. Kamar ini memiliki fasilitas yang lengkap dan memanjakan diri. Dari jendela kamar, kita dapat langsung menatap keindahan kota Tokyo dari atas.

"Kau ingin minum sesuatu??" Tanya Mark. "Atau mau langsung bermain?"

Sana melihat sebotol wine lengkap dengan gelasnya tertata rapi di atas meja. Ia menuangkannya lalu memberikannya pada Mark.

"So, seberapa baik hubungan pertemananmu dengan petinggi perusahaan itu?" Sana membuka pertanyaan sambil menyesap winenya.

"Cukup baik. Menyenangkan bisa berbagi saham dengan mereka. Walaupun sering kali kami berselisih juga karena itu tapi setidaknya tujuan dan rencana kami bisa berjalan dengan baik."

"Kalian seperti bunglon. Terkadang bisa menjadi kawan, kadang juga menjadi lawan."

"Atau kedua karakter ini bisa keluar secara bersamaan. Kawan yang berkhianat. Hanya karena satu proyek kerjasama."

Sana mengerutkan alisnya. "Apa maksudmu?"

"Proyek yang dibuat oleh pemerintah Korea dengan kaisar Jepang. Banyak yang mengincar posisi itu untuk bekerjasama dan mendapat dukungan dari mereka. Kami berlomba-lomba untuk mendapat hati mereka. Tapi yang menang justru dan berhasil mendapatkannya adalah Im-perfect. Ah jika mengingat malam itu membuatku ingin marah."

Mendengar nama Im-perfect muncul, alis Sana mengerut. "Im-perfect?"

"Iya. Perusahaan itu benar-benar dikelilingi oleh banyak keberuntungan. Walaupun dalam keadaan terancam seperti sekarang. Mereka bahkan bisa menghasilkan profit lebih tinggi dari Adios." Mark menghabiskan winenya dalam sekali teguk. Ia benar-benar tampak kesal.

Sana menyimpan banyak pertanyaan di dalam otaknya saat ini. "Lalu apa ada hubungannya dengan pria berambut pirang tadi dengan petinggi perusahaan itu? Ia terlihat sangat akrab kulihat."

"Jeongyeon maksudmu?"

"Kau mengenalnya?"

"Anak itu.. sudah seperti pion emas di lingkungan ini. Sulit mencari pebisnis yang tak kenal dengannya." Mark menjeda penjelasannya. "Ah, apa aku harus kupanggil dia menteri? Kau tahu kan dalam catur dia paling bisa diandalkan."

Sedangkan Sana semakin dibuat berfikir dengan penjelasan Mark tanpa ada niatan untuk menyentuh gelasnya. Tanpa ia sadari Mark sudah berada di dekatnya menyentuh pundak yang terbuka.

"Kenapa kau jadi tampak tegang begitu? Kan sudah kubilang relax saja." Mark mulai mencium pundak Sana dengan lembut.

Napas Sana semakin tertahan ketika wajah Mark tiba-tiba sudah ada di leher jenjangnya.

"Hmm..M-mark..u-ugh.." Sana berusaha melepas pelukan pria itu namun sepertinya sia-sia. Tenaganya tidak begitu kuat untuk melawan.

Ciumannya kini beralih di bibir manis Sana. Ia menggerakkan dengan lembut seraya menuntun Sang wanita kearah ranjang.

J's AngelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang