Bantuan

3.7K 629 72
                                    

****

"Meninggal?" Riady bertanya tak percaya pada Bayu yang sedang berdiri di depan meja kerjanya.

"Ya, Pak. Setelah perusahaannya terancam bangkrut, Pak Hadi menghembuskan napas terakhirnya karena serangan jantung."

Bayu lantas memberikan beberapa lembar foto ke arah Riady dengan penuh sopan santun. Foto yang kini sedang Riady amati itu terlihat sedikit buram dan sepertinya diambil dari jarak yang cukup jauh.

"Putri Pak Hadi yang Bapak cari, namanya Aruna. Menurut informasi yang saya dapat, Aruna belum memiliki kekasih dan tidak dalam hubungan apa pun dengan lelaki lain."

Riady mengangguk puas. Ia bahkan terlihat semringah sembari menarik sudut bibirnya dengan lebar.

"Menurut kamu cantik gak, Bay?"

"Ya?" Bayu membelalak lalu tak lama ia mengerjap salah tingkah. "Can—tik, Pak."

"Menurut kamu, Bagas akan suka?"

"Ya—mungkin," jawab Bayu sungkan.

Pandangan Riady masih terus tertuju pada beberapa lembar foto yang menampilkan wajah Aruna, ia memandanginya terus menerus. Ada sosok Hadi, teman semasa mudanya dulu di wajah Aruna. Tapi sayang, ia tidak sempat bertemu dengan Hadi dan meminta anaknya secara langsung.

"Saya akan menikahkan Aruna dengan Bagas."

Ya, hanya ini caranya untuk membuat Bagas berubah, sekaligus membantu Aruna keluar dari masa sulitnya.

***

"Papi!"

Si anak kurang ajar itu akhirnya pulang juga. Tepat pukul satu malam, di saat Riady dan Sophie sedang terlelap tidur untuk mengistirahatkan tubuh mereka setelah seharian ini beraktifitas.

"Den, ini udah malam." Pak Jaka, satpam keluarga yang tadi membukakannya pintu gerbang kini melangkah bahkan nyaris berlari untuk mengikuti langkah kaki Bagas yang terburu-buru masuk ke dalam rumah sambil terus berteriak kencang. "Den, aduh!"

"Lo bisa diem gak sih!" sentaknya pada Pak Jaka dengan kasar yang sontak membuat lelaki tua itu merapatkan bibirnya seraya menunduk takut.

Mendengus keras, Bagas lantas kembali masuk ke dalam rumah hingga berhenti di ruang tengah. "Papi!" Teriakan itu hampir membangunkan seluruh isi rumah. "Papi!"

Ijah, sang asisten rumah tangga lari tergopoh-gopoh dari kamar pembantu menuju ruang tengah, dimana sumber kebisingan itu berasal. Ternyata, tak lain dan tak bukan, dari dulu hingga sekarang, hanya ada satu biang onar di dalam rumah itu. Siapa lagi kalo bukan seorang Ziedan Bagas Wijaya?

Ck, tahu gitu ia pura-pura tidur saja tadi!

"Den Bagas pulang?" Ijah yang masih setengah mengantuk itu bertanya penuh basa-basi meski sebenarnya ia kesal sekali telah dibangunkan dari tidur nyenyaknya di tengah malam seperti ini. "Kok malem banget, Den?"

Lagi-lagi Bagas mendengus. Selain urakan dan kurang ajar, Bagas juga merupakan tipe lelaki kasar yang tidak memiliki banyak stok kesabaran. Si sumbu pendek, begitu teman-temannya memanggil. "Gue mau ketemu Papi. Panggilin buruan!"

ELIGERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang