Kita nikah, tapi dengan syarat dan ketentuan berlaku.
****
Di sebuah restoran yang terlihat sangat sepi itu, Bagas dan Aruna memilih untuk duduk di sudut restoran yang jarang terjangkau oleh pelanggan lainnya. Aruna terdiam, melirik ke arah Bagas sambil sesekali mengesap minumannya.
Canggung, itulah yang pertama kali Aruna rasakan. Ia tidak berhenti mencengkram dress selututnya ketika Bagas menatapnya tanpa putus. Sejak mereka tiba, Bagas tidak lepas memandanginya, seolah dari tatapannya itu ia bisa menguliti Aruna.
"Kenapa elo mau dinikahin sama gue?" Bagas yang pertama kali memecah keheningan itu. Ia juga mengintrupsi kegiatan Aruna yang sejak tadi tidak berhenti meremas dressnya.
"Kenapa tanya gitu?"
Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan Bagas kesal sekali rasanya. Ia mendengkus keras sembari mencondongkan tubuhnya ke depan. "Karena gue mau nanya!" semburnya jengkel.
Aruna memberi tatapan tidak peduli. "Saya gak bisa jawab."
"Kenapa?"
"Karena saya gak mau jawab."
Kedua mata Bagas terpejam erat. Sialan! Tidak bisa kah ia mendapatkan kedamaian dari orang-orang yang ia temui hari ini. Setelah Papi, ternyata ada yang lebih menjengkelkan lagi.
"Jawab aja sih apa susahnya!" Bagas kembali menegakkan tubuhnya, duduk dengan tangan terlipat di depan dada. "Pasti bokap gue nyogok lo, kan?"
Aruna menaikan kedua alisnya bersamaan. "Nyogok?"
"Iya! Lo pasti mau dinikahin sama gue karena uang kan? Lo punya hutang kan?" tebak Bagas yang sontak membuat Aruna membelalak.
"Kok kamu tahu?"
Gotcha! Hanya dipancing sedikit saja Aruna sudah kena jebakannya. Padahal Bagas hanya berujar asal, karena seperti drama-drama pada umumnya, seorang gadis menerima dinikahkan karena uang.
Ck, mudah sekali tertebak.
"Kelihatan dari tampang lo," Bagas menatap Aruna dengan senyum meledek. "Bokap gue emang berengsek."
"Jangan bilang seperti itu, Pak Riady itu ayah kamu."
"Biarin, dia gak denger ini."
Aruna menggeleng tidak habis pikir. Jadi ini yang Riady bilang menaklukan anaknya. Meski hidup selamanya dengan Bagas pun Aruna yakin tidak akan bisa menaklukan lelaki itu.
"Jadi mau lo gimana?"
"Menikah sama kamu," jawab Aruna cepat dan yakin. Biarlah, ia sudah terlajur tercebur sekalian saja main basah-basahan.
"Lo yakin?"
"Saya yakin karena saya harus membayar hutang Ayah."
Bagas tertawa nyaring. "Sorry ya, tapi gue gak bisa nikah sama lo."
"Kenapa?"
"Kenapa gue harus nikah sama lo?"
Aruna mulai hilang kesabaran, pantas Riady ingin menikahkan lelaki konyol dan tengil ini dengan dirinya. Ia yang memiliki kesabaran di atas rata-rata saja bisa merasa kesal, apalagi perempuan lain?
"Saya tahu, kamu juga butuh fasilitas penunjang kehidupan kamu. Pekerjaan dan juga tempat tinggal. Kamu juga butuh bersenang-senang. Jadi tidak ada alasan untuk kamu menolak pernikahan ini."
Benar. Kalimat Aruna tepat sasaran sekali. Ia butuh semua itu, ia butuh kekuasaan dan juga kebebasan.
"Gimana?" tanya Aruna, sedikit mendesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELIGERE
RomanceBerasal dari bahasa Jerman, kata lain dari Eloi, yang berarti pilihan