Calon Istri

2.8K 548 68
                                    

Lo setuju kan, calon istri?

****

"Jadi ... lo bakalan nikah?" Jadira atau biasa dipanggil Dira, sahabat Bagas sejak masa SMA, terkejut saat tiba-tiba saja lelaki itu mengabarkan kalau dirinya akan segera menikah.

"Gue terpaksa, Dir." Bagian yang paling sulit bagi Bagas saat ini adalah ketika ia harus menjelaskan semuanya kepada Dira. Perempuan manis yang sudah menjadi sahabatnya selama hampir sembilan tahun ini. "Bokap ngambil semua fasilitas gue, gue ngerasa gak bisa hidup tanpa itu semua."

"Pilihan lo udah tepat, dan gue yakin pilihan bokap lo itu pasti baik."

"Dir ..." Bagas melirih seraya menggengam tangan Dira.

"Selamat, ya."

"Maafin gue."

"Kenapa lo minta maaf?" Dira tersenyum, atau sebenarnya terpaksa tersenyum. "Setiap manusia memang harus menikah kan, Gas?"

"Tapi gue gak cinta sama dia," ucap Bagas tidak berbohong.

Dira melepas genggaman tangan Bagas, lalu berbalik, membelakangi lelaki itu seraya bersidekap. "Gas, kita cuma sahabatan."

"Gue udah janji gak akan ninggalin lo."

"Tapi pada akhirnya lo tetep ninggalin gue, kan?" Ada nada terluka yang keluar dari suara Dira, dan Bagas tahu kalau Dira pasti terluka dengan keputusannya itu. "Sekali pun gue ngelarang, elo tetep nikah, kan?"

Bagas segera mendekat, menyentuh bahu Dira dari belakang. "Gue bakalan cerain dia setelah satu tahun menikah."

"Apa pun bisa terjadi selama satu tahun, Gas." Dira buru-buru menghapus air matanya yang jatuh. "Apa lo masih bisa tepatin janji lo sama gue? Janji yang lo ucapin sembilan tahun yang lalu?"

Bagas memutar bahu Dira, mempertemukan pandangan mereka. "Gue bakalan tepatin janji gue sama lo." Ia hapus bulir air mata yang menetes di pipi perempuan itu. "Gue udah janji dan gue gak akan ninggalin lo."

Tak butuh waktu lama, Dira langsung menghamburkan tubuhnya masuk ke dalam pelukan Bagas, melesakan wajahnya ke dalam ceruk leher lelaki itu. Dira menangis, membuat bahunya bergetar dan Bagas mengelusnya untuk menenangkan.

Persahabatan mereka terjadi saat keduanya duduk di bangku SMA. Meski keduanya menamai hubungan mereka dengan kata persahabatan, meski seluruh dunia tahu mereka bersahabat. Tapi nyatanya, hubungan mereka lebih dari itu.

"Lo udah janji, Gas, lo gak bisa kabur gitu aja."

"Ya, gue janji."

***

Hari ini adalah hari pertama Aruna diterima bekerja, setelah dua hari yang lalu dirinya dinyatakan lolos sebagai kandidat yang tepat untuk mengisi kekosongan menjadi seorang personal asisten.

Aruna tidak yakin bisa bekerja dengan baik hari ini, karena sesungguhnya ucapan Bagas masih terngiang-ngiang di dalam kepalanya.

Ya ampun, mereka akan menikah? Dengan perjanjian? Aruna rasanya masih belum percaya. Terlebih sekarang Ibu meminta untuk bertemu dengan Bagas.

Ah, kenapa belum apa-apa sudah rumit sekali?

"Pagi, Bu." Satpam gedung ini menyapa Aruna dengan sopan.

Ia diperintahkan untuk langsung naik ke lantai sepuluh, dimana ruangan Direktur berada. Sebenarnya Aruna belum tahu seperti apa sosok yang akan menjadi bosnya itu, karena kemarin ia hanya bertemu dengan kepala HRD saja.

Tapi, yang Aruna dengar bosnya itu adalah seorang laki-laki muda berumur 25 tahun, hanya berbeda empat tahun darinya, dan biasanya bos-bos muda akan berwajah tampan seperti CEO di dalam cerita.

ELIGERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang