"Tembak!" perintah Elthon berteriak keras.
Seluruh pasukan pemanah, baik dari ksatria sihir maupun penduduk desa menembakkan anak panah yang sudah dilumuri minyak dan dibakar.
Pasukan monster mulai membanjiri padang rumput di depan desa, mereka keluar dari hutan layaknya air bah.
Pasukan pertahanan terus menghujani mereka dengan anak panah, begitu juga para penyihir melemparkan bola api maupun petir.
Jebakan-jebakan yang dipasang sedikit mampu menghambat pergerakan pasukan musuh, tetapi ini takkan berlangsung lama.
Julius berdiri di atas dinding, matanya menerawang jauh menilai kekuatan musuh, dalam lubuk hatinya dia masih bergetar ketakutan.
"Ganti denganku jika kau takut, bocah,"
"Aku hanya belum terbiasa melihat barisan pasukan musuh jujur membuatku gentar, tapi itu tak masalah untukku sekarang," Alih-alih mengeluarkan sabit besar andalannya, dia mengeluarkan pedang kembar pendek di kedua tangannya. "Ini kubuat dengan memproyeksikan pedang romawi kuno, Gladius, di otakku. Aku lebih nyaman menggunakan jenis pedang seperti ini daripada bertarung dengan senjatamu itu, tentu saja bentuknya sudah kuubah sedikit untuk kenyamananku,"
Vaalstrun tak memprotes, raja naga itu hanya mendengus.
Pasukan monster mulai menjangkau dinding pertahanan yang terbuat dari kayu, mereka mendesak pintu gerbang dengan tubuhnya, engselnya bergetar. Hanya sedikit waktu yang tersisa, sampai mereka membanjiri desa.
Julius turun dari dinding, dia memosisikan berdiri di depan pintu masuk, berdiri berdampingan dengan teman-temannya, dan juga para ksatria. Dia akan menjumpai pertempuran pertamanya sekaligus peperangan yang akan mengubah takdir jalan hidupnya.
***
Theo Jackson melangkah cepat di koridor kastil, ketika dia lewat beberapa prajurit berbaju zirah menundukkan kepala sebagai tanda hormat.Theo berhenti di depan pintu kayu besar yang dijaga prajurit di sisi kanan maupun sisi kirinya.
Theo membukanya, aula di mana orang paling berkuasa di Kerajaan Nobilis duduk di singgasananya.
Dia berdiri di sisi kanan bersama kapten ksatria sihir lainnya, sementara di sisi kiri berdiri berjajar para bangsawan baik Grand Duke, Count, Marquess, sampai Viscount. Kecuali para Baron yang berada di perbatasan untuk mengamankan daerah mereka dari serangan musuh. Mereka semua dipanggil memenuhi panggilan sang raja.
Ketika Theo masuk, semua bangsawan memandang meremehkan padanya, seakan-akan dia tak patut untuk berdiri bersisian dengan mereka.
"Hanya ada tiga kapten termasuk aku yang berada di ibukota rupanya," pikir Theo.
Sang Raja belum menduduki singgasananya, di dekat singgasana berdiri perdana menteri di sisi kiri, dan jenderal tertinggi kerajaan di sisi kanan. Ada satu orang yang duduk diam, seorang wanita tua mengenakan pakaian layaknya biarawati, petinggi gereja di kerajaan.
"Tiga faksi besar berkumpul di sini, ya? Bangsawan, militer, dan gereja, ini akan melelahkan," gumam Theo menghela napas.
Sejurus kemudian pengawal di depan pintu berteriak keras mengumumkan kedatangan raja.
Sosok yang paling berkuasa seantero Nobilis memasuki aula istana raja, di belakangnya beberapa pasukan berzirah dipimpin seorang wanita muda yang memiliki tatapan tajam bertugas melindungi raja.
Raja Nobilis bukanlah sosok raja tua tak berdaya yang hanya mendengar laporan dari para pejabat korup di atas singgasananya, melainkan sosok pria besar yang gagah, dia mengenakan baju besi mengilap dengan jubah merah darah menggelayut di punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Julius Aleksander
FantasyKetika usiamu menginjak 17 tahun, saat itulah tanggungjawab besar akan menimpamu, dimana kau akan mendapat sebuah kekuatan yang akan mengubah takdir hidupmu selamanya. Julius Aleksander selama 17 tahun hidupnya tak menyangka dia akan bersekolah di a...