"Akhirnya kau bangun juga bodoh," gerutu Julius ketika melihat Hannibal mulai membuka matanya.
Hannibal menengok ke samping, dimana sahabatnya itu berdiri dengan raut wajah cemas bercampur kesal.
"Apa yang terjadi ketika aku pingsan?" tanya Hannibal.
"Kau hampir terbunuh oleh Kominos yang menggila, aku berlari ke tengah lapangan dan membawamu ke rumah sakit bersama lainnya," jawab Julius. "Barangkali ada orang yang membantu menghentikan amukan Kominos, salah satu anggota Legion mungkin, entahlah."
Hannibal menghela napas panjang, menatap langit-langit bangsal rumah sakit.
"Aku terlalu bodoh, bisa jadi aku terbunuh saat itu. Masih banyak hal yang aku harus pelajari di sini, anggota Legion masih terlalu jauh untuk kugapai," kata Hannibal menyesal merentangkan tangan kanannya ke atas.
"Beruntung kau masih bisa bicara sekarang, kalau saja tak ada yang menghentikkannya ada kemungkinan Kominos membunuhmu, aku diberitahu oleh salah satu anggota Legion..."
"Kenapa mukamu tiba-tiba merah?" potong Hannibal bingung.
Julius pura-pura terbatuk menyamarkan rasa malunya mengingat kecantikan dan kemolekan tubuh Ruby Jackson. "Aku mungkin agak sakit... Jadi yah hanya dua orang yang mampu menghentikan Kominos di antara para murid, mungkin salah satu dari mereka membantumu tadi, atau ada guru yang melihat kejadiannya. Aku tak terlalu ingat karena buru-buru membantumu," ungkapnya.
Pintu kamar terbuka, Dylan, teman sekelas mereka masuk dan memberitahu kalau Julius dipanggil kepala sekolah di ruangannya.
"Aku akan kembali nanti," kata Julius kepada Hannibal.
Julius yang bingung dan berpikir keras, karena mendadak dipanggil oleh kepala sekolah hampir saja menabrak seorang gadis yang berdiri diam di depan pintu ruangan kepala sekolah.
"Maaf, aku mau masuk ke dalam," kata Julius sopan.
Gadis itu hanya mengerjapkan matanya beberapa kali memandang Julius, lalu melangkah ke samping memberi jalan untuk Julius masuk.
Julius mengetuk pintu beberapa kali, lalu masuk ke dalam ruang kepala sekolah. Ketika dia akan menutup pintu di belakangnya, gadis itu menyelinap masuk ke dalam.
Julius terlihat bingung melihat tingkah gadis itu membuatnya bertanya, "apa kau juga ada kepentingan di sini?"
"Iya," jawab gadis berambut coklat gelap itu.
"Lantas kenapa kau tadi hanya berdiam diri di depan pintu?" tanya Julius lagi. Dia memperhatikan kalau gadis ini lumayan imut, rambutnya pendek sebahu dan berponi.
"Itu..."
"Sudah hentikan kalian berdua," seru suara menggemaskan di belakang Julius. "Duduklah di sofa itu,"
Keduanya lantas menghentikan percakapan dan bergegas duduk di kursi sofa merah empuk. Di atas meja terdapat berbagai kudapan, kebanyakan permen warna warni berbagai bentuk dan rasa dan serta snack bermerk.
Kepala Sekolah Galadhor, Letita Alethra, memiliki penampilan fisik unik seperti anak kecil, seolah fisiknya berhenti tumbuh sejak itu. Julius yang melihatnya pertama kali berpikir kalau dia anak dari salah satu guru di Galadhor.
"Apa kalian sudah saling mengenal satu sama lain?" tanya Grand Master Letita kepada Julius dan gadis tadi.
Keduanya saling bertukar pandang sejenak, dan menggelengkan kepala serempak.
Grand Master Letita tertawa melihat tingkat muridnya.
"Tentu saja kalian tak saling kenal. Biar aku saja yang memberitahu. Pemuda pirang ini bernama Julius Aleksander dari kelas Warrior yang menarik minatku sejak pertama kali datang ke sekolah ini, dan dia adalah Selene Pendragon dari kelas Knight, anggota Legion, dan cucuku," ujar Grand Master Letita mengenalkan secara bergantian keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Julius Aleksander
FantasyKetika usiamu menginjak 17 tahun, saat itulah tanggungjawab besar akan menimpamu, dimana kau akan mendapat sebuah kekuatan yang akan mengubah takdir hidupmu selamanya. Julius Aleksander selama 17 tahun hidupnya tak menyangka dia akan bersekolah di a...