Barisan pasukan kelas Warrior keluar dari gerbang kota, diikuti kelas Wizard, dan kelas Knight paling belakang. Kelompok-kelompok ini berjalan sejauh 1 kilometer untuk pergi ke portal teleportasi, dan akan ditempatkan sesuai misi masing-masing, yang tentunya akan terbagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil yang dicampur dari tiga kelas.
"Kenapa perang masih terus ada ya? Apakah kedamaian tak bisa diciptakan?" pikir Julius merenung ketika mereka beristirahat di dekat sungai.
"Kedamaian itu hanyalah semacam utopia, sama halnya dengan kemakmuran bagi setiap orang yang takkan pernah terwujud," gerutu Vaalstrun.
"Mungkin bisa jika kita semua mau berusaha dan bersatu," balas Julius dalam benaknya.
"Apa kau sudah mempelajari sejarah dunia ini? Dengan siapa kerajaan berseteru? Akar masalah peperangan ini?"
"Aku membaca sedikit, terlalu membosankan untukku,"
"Bocah bodoh! Pengetahuan adalah kekuatan!" Bentak Vaalstrun emosi.
Julius berjengit akibat kemarahan raja naga itu. "Tinggal jelaskan saja padaku sekali lagi," ketusnya.
"Ketahuilah, ada tiga wilayah besar di antara lainnya yang saling berseteru hingga saat ini. Republik Rusellia tempat di mana orang-orang berpendidikan tinggi tinggal dan mengedepankan akal pikiran; Kekaisaran Crinum, wilayah yang berpegang teguh pada kekuatan konstelasi, lalu Kerajaan Nobilis wilayah yang kau tempati sekarang, di mana kekuatan mereka bertumpu pada roh hewan. Ketiga wilayah telah berperang selama ribuan tahun lamanya, tak ada pemenang atau yang kalah sampai sekarang, menyebabkan bencana pada negara-negara kecil di sekitar mereka, sehingga untuk melindungi wilayah mereka harus memilih masuk sebagai aliansi salah satu tiga wilayah besar tersebut."
"Apa penyebabnya?" tanya Julius dilanda penasaran.
"Tentu saja kekuasaan, apalagi yang diperebutkan oleh manusia tanpa otak ini?"
Julius merenung dia mulai memikirkan kemungkinan lain, seperti apakah sekarang hal yang dilakukannya benar?
"Tak usah berpikir macam-macam, ancaman sebenarnya dari perdamaian bukanlah dari manusia ini sendiri melainkan sosok yang tertidur lama dan menunggu untuk bangkit kembali,"
"Siapa yang kau maksud ini?"
Vaalstrun tak menjawab, raja naga itu tertidur kembali di benak Julius, menyebabkan rasa penasaran seperti gatal yang tak bisa digaruk pada pemuda itu.
Istirahat selesai, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju lokasi sebuah desa yang harus dilindungi.
Masih ada dua hari perjalanan sebelum mereka sampai, rombongan kecil berjumlah 20 orang murid yang kesemuanya kelas satu dari berbagai kelas ksatria dan empat pengawas dari prajurit senior.
Hannibal berpisah dengannya, tapi Julius satu kelompok dengan Ray, teman pertamanya.
"Kita bertemu lagi ya, Ju," sapa Ray riang seperti biasanya.
"Apa tak masalah bagimu?" tanya Julius.
"Maksudmu... Ah itu, tidak tak apa, setelah melihat apa yang dilakukan oleh Selene, sekarang aku ingin hidup bebas tak peduli orang lain memandangku seperti apa," kekeh Ray.
Mau tak mau Julius tersenyum, dia tahu sejak proses seleksi masuk, Ray terus menerus menghindarinya meski beberapa kali ingin mengobrol dengannya, itu bukan karena keinginan dirinya melainkan karena perbedaan kasta di akademi.
"Aku senang kau masih memiliki harga diri untuk memilih," kata Julius nyengir lebar.
"Sialan," Ray menumbuk bahu Julius dengan tinjunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Julius Aleksander
FantasyKetika usiamu menginjak 17 tahun, saat itulah tanggungjawab besar akan menimpamu, dimana kau akan mendapat sebuah kekuatan yang akan mengubah takdir hidupmu selamanya. Julius Aleksander selama 17 tahun hidupnya tak menyangka dia akan bersekolah di a...