"Pertahankan diri kalian masing-masing!" seru Rufus.
Julius memanggil senjatanya di udara kosong, sebuah sabit besar pemakan jiwa.
Dia kebingungan karena niatnya memanggil pedang yang biasa dipakainya, tapi malah berubah menjadi sabit.
"Kenapa? Apa kau tak mau kuberikan senjata yang terbuat dari cakarku?" tanya Vaalstrun.
"Sabit ini darimu?" Julius balik bertanya.
"Bodoh, lekas bantai lawanmu, apa kau ingin mati di pertempuran pertamamu?"
Julius mengelak dari pedang yang mengarah ke bahunya, meski begitu dia tak cukup cepat untuk terhindar dari goresan pedang.
Demon yang menyerang Julius tersenyum menampakkan barisan gigi setajam silet, dia menjilat darah Julius di gagang pedangnya dengan lidahnya yang bercabang.
"Sial, aku terlalu tegang," geram Julius dalam benaknya. Dia terlihat gemetaran.
"Kyaaa!"
Julius menoleh ke sumber teriakan, dia melihat dua orang murid tubuhnya terkulai lemas, ketika demon-demon mengerubungi dan menggigit tubuh murid tersebut, mengoyak daging menyedot darahnya.
Rufus melompat ke depan Julius, tepat ketika seorang demon menghujam cakarnya yang tajam, menembus jantung Rufus.
Rufus menoleh ke belakang, dia tersenyum, mulutnya penuh darah.
"Kembali ke desa, peringatkan... Penduduk... Desa,"
Julius tak bisa bergerak, pikirannya kalut melihat bayangan kematian terlintas di otaknya.
Dari rombongan patroli ini hanya dia sendiri yang masih hidup.
"Payah," geram raja naga. Dia mengambil alih tubuh Julius. "Kuatkan pikiranmu, kita berganti kesadaran, akan kuajari tubuhmu dan belajarlah cara bertarung dari pertarunganku kali ini."
Mata Julius berubah merah, pupilnya membentuk pupil naga. Demon-demon yang sebelumnya tampak mengintimidasi dan menganggap manusia-manusia di depannya sebagai makanan, kini mulai merasakan adanya ancaman pada pemuda yang berdiri dalam diam.
"Apa ini? Apa aku menjadi roh?" kata Julius heran, dia melihat tubuh fisiknya seperti melihat dari mata orang lain.
"Kau melihat seperti aku melihat dunia sekarang, berbeda saat ketika aku mengambil alih secara paksa tubuhmu dulu. Kali ini kita hanya berbagi kesadaran, namun karena ini baru pertama kali dan kita belum pernah berlatih, mode ini takkan berlangsung lama, dan mungkin tubuhmu akan terasa kaku paling buruk kau bisa pingsan atau bahkan tewas,"
Julius sedikit memahami kata-kata Vaalstrun.
Vaalstrun memulai serangannya, dia menyabetkan sabit besar ke demon yang dekat dengannya, hingga memutus kepalanya.
"Ayo kalian semua serang aku!" tantang Vaalstrun membuat ekspresi menyeramkan di wajah Julius yang dia kendalikan.
Semua demon memutuskan untuk menyerang secara bersamaan, dan Vaalstrun mengalahkan mereka semua kurang dari 5 menit.
Vaalstrun menghilang dan mengembalikan Julius ke tubuhnya lagi.
Julius ambruk ke tanah, tubuhnya gemetar hebat, dia juga merasakan kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang.
Beberapa saat kemudian dia terbangun, kepalanya masih terasa pusing. Hari juga sudah malam hari, dia melihat di bawah sinar rembulan yang terang, mayat-mayat rekannya masih berada di sana.
Julius memutuskan untuk meninggalkan mayat mereka semua, dan kembali ke desa untuk meminta bantuan evakuasi.
Terhuyung-huyung dia bersandar pada pohon besar, sekian lama berjalan dia sudah melihat api obor di dinding pertahanan. Dalam hatinya Julius bersyukur kalau desa baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Julius Aleksander
FantasyKetika usiamu menginjak 17 tahun, saat itulah tanggungjawab besar akan menimpamu, dimana kau akan mendapat sebuah kekuatan yang akan mengubah takdir hidupmu selamanya. Julius Aleksander selama 17 tahun hidupnya tak menyangka dia akan bersekolah di a...