Murid baru yang secara khusus di transfer duduk sendirian di kantin. Tak ada satu pun murid yang mencoba mendekatinya. Bahkan murid-murid cewek yang memuji ketampanannya segan untuk mendekat.
"Aku tak menyukainya," celetuk Julius tiba-tiba, ketika Hannibal menatap penasaran ke arah murid itu.
"Kau iri karena dia digilai cewek-cewek?" balas Hannibal nyengir.
Julius menggeleng. "Aku sih tak peduli soal itu, tapi ada sesuatu yang membuatku merasa dia menyimpan rahasia besar," tuturnya.
"Ergghh... Paling juga kau hanya iri, tapi tak mau bilang," tukas Hannibal.
"Kau yang iri bodoh!" timpal Julius.
"Kalian ini mendebatkan apa sih?" tanya Selene yang muncul membawa nampan makanan, duduk di antara mereka berdua.
"Julius iri dengan cowok baru itu," seloroh Hannibal nyengir.
"Iri?" sebelah alis Selene terangkat.
"Mulut Hannibal tak usah kau percaya, aku hanya bilang aku tak terlalu nyaman dengan anak itu," jawab Julius ketus.
"Kenapa? Apa yang membuatmu tak nyaman dengannya?" tanya Selene beruntun.
"Mungkin anak itu memang menyimpan rahasia," celetuk Ruby muncul tiba-tiba. "Boleh aku bergabung?"
"Ya, tentu," kata Selene ramah.
"Terima kasih," balas Ruby tersenyum. Dia terlihat cantik seperti biasanya.
"Kan, Kak Ruby aja setuju dengan omonganku," kata Julius.
"Jangan panggil aku dengan, Kak! Meski aku di atas kalian, panggil saja dengan namaku langsung, oke?" tegur Ruby tak suka.
Ketiga anak satu mengangguk paham.
"Soal anak itu, memang dia kayak menyembunyikan sesuatu. Apa ya? Terlihat ada kekuatan aneh di benaknya. Apa mungkin ini berhubungan dengan spiritnya ya?" Ruby berpikir sambil mengunyah steak.
Lalu, keempatnya mencuri pandang ke arah anak itu yang kini sedang duduk bersedekap, sembari memejamkan matanya.
"Oh ya Ju, apa kau sudah dapat teman dansa nanti?" celetuk Ruby menatap langsung ke mata Julius.
Julius mengerjap-ngerjap beberapa kali. "Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa kau mau mengajakku?" tanya Julius balik. Polos.
Wajah Ruby langsung memerah, hampir menyerupai warna rambutmu. Hannibal bersiul pelan. Tapi Selene terlihat memicingkan mata.
Ruby tampak salah tingkah. "Jika kau mau..."
"Halo, rambut coklat siapa namamu?" seseorang tiba-tiba muncul di tengah obrolan mereka berempat. Sosok itu mengejutkan mereka. Sebab dia adalah murid pindahan. Dia sedang menatap tertarik ke arah Selene. Matanya terbuka lebar, namun cengiran mengerikan tergambar di mulutnya.
Julius menyipitkan mata. Dia merasa kalau Vaalstrun sedang dalam kondisi waspada.
Selene membuka mulut berniat membalas ucapan pemuda itu, namun Julius mendahuluinya. "Bukankah lebih sopan jika memperkenalkan diri sendiri lebih dulu?" celetuk Julius.
"Hector... Namaku Hector Akhilles," kata pemuda itu mengenalkan dirinya. Mengulurkan tangan kepada Julius.
Julius ragu-ragu, namun pada akhirnya dia menjabat tangan Hector.
Vaalstrun bereaksi sesaat ketika Julius meraih uluran tangan Hector. Dia merasakan spirit makhluk mengerikan seakan menyinggung dinding keberadaan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Julius Aleksander
FantasyKetika usiamu menginjak 17 tahun, saat itulah tanggungjawab besar akan menimpamu, dimana kau akan mendapat sebuah kekuatan yang akan mengubah takdir hidupmu selamanya. Julius Aleksander selama 17 tahun hidupnya tak menyangka dia akan bersekolah di a...