Chapter 8

542 108 3
                                    

"Cih, menaklukan satu benteng pemberontak saja butuh selama ini, apa sih yang dilakukan mereka ketika latihan?" gerutu seorang wanita muda bermata sipit berambut hitam dikuncir kuda.

Seorang pria berkulit hitam, berkepala plontos berbadan besar tertawa bergemuruh mendengar gerutuan rekannya.

"Apa yang kau tertawakan?" tanya wanita berkuncir kuda itu menoleh kesal.

"Aku hanya menertawakan dirimu, sudah lama aku tak melihat kau sekesal ini, Wei,"

"Kau juga akan merasa marah jika memiliki bawahan tak berguna seperti mereka, Bem,"

Pria yang bernama Bem hanya membalas dengan tertawa saja. Seperti yang diketahui, keduanya bukanlah orang-orang biasa. Wanita itu bernama Wei Lifen, dia seorang Kapten Ksatria Sihir Batalyon ke-8, hewan pelindungnya adalah Qi Lin, seekor hewan mitologi dari Cina,  Makhluk ini memiliki badan kuda dan berkepala naga dan menghukum orang jahat dengan menggunakan napas apinya. Elemennya adalah api. Sedangkan si pria bernama Bem Madaki, Kapten Ksatria Sihir Batalyon ke-3, hewan pelindungnya adalah Mokele-Mbembe berasal dari Afrika, bentuknya menyerupai dinosaurus raksasa berleher panjang, dan elemennya adalah tanah.

Benteng pemberontak yang sedari tadi terus diserang dengan sihir, kini mulai hancur. Pasukan penyerang pun mulai merangsek maju menghantam pertahanan pasukan pemberontak secara langsung.

"Saatnya beraksi," kata Bem mengeluarkan palu besar dan mulai menerjang masuk ke dalam benteng, diikuti Wei, keduanya membabi buta menyerang lawan-lawannya.

Pada akhirnya pemberontakan berhasil dipadamkan. Pasukan musuh yang menyerah dibawa masuk ke dalam kereta yang akan membawa mereka ibukota kerajaan untuk diadili.

Seorang prajurit tergopoh-gopoh membawa perkamen yang masih tersegel, memberikan langsung kepada Bem yang sedang beristirahat di salah satu rumah di dalam benteng bersama Wei, sembari menikmati secangkir teh panas.

Bem membuka surat tersebut, lalu membacanya dalam diam, beberapa kali keningnya berkerut, ketika menemukan hal tak beres di dalamnya.

"Ada apa?" tanya Wei.

Bem menoleh ke arah Wei, ekspresi di wajahnya menandakkan adanya ketidakberesan.

"Grand Master Letita, memberitahukan bahwa organisasi itu telah bangkit kembali, pembunuhan berantai di Kota Elverston dikatakan sebagai tanda kebangkitan mereka, kini Kapten Ksatria Sihir Batalyon ke-2 sedang menginvestigasi kasus ini," ujar Bem.

"Organisasi apa itu?" tanya Wei kurang mengerti.

"Organisasi yang mampu membuat kocar-kacir seluruh komandan batalyon ksatria sihir dua dekade lampau, saat itu aku masih bersekolah di akademi ksatria sihir, aku mendengar banyak ksatria sihir yang mati dengan mengenaskan," ujar Bem.

"Terdengar seperti omong kosong belaka," sanggah Wei tak percaya begitu saja, dia merebut perkamen di tangan Bem, dan membacanya dengan cepat, matanya menari-nari dari satu kata ke rangkaian kalimat lainnya.

"Kau harus banyak belajar sejarah tentang ksatria sihir, banyak sekali sisi gelap tentang ksatria sihir yang sekarang tak terekspos oleh generasi muda seperti dirimu," seloroh Bem.

Wei selesai membaca pesan tadi. Ekspresinya terlihat jijik.

"Aku benar-benar tak percaya jika orang ini, jika mereka masih bisa disebut manusia, melakukan hal seperti ini, aku ingin sekali mencincangnya," geram Wei.

"Jangan meremehkan, mereka bukan kroco yang bisa kau gertak seenaknya, mungkin kau kuat tapi mereka tak hanya kuat melainkan juga sangat licik," kata Bem memeringatkan.

Julius AleksanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang