Chapter 13

317 75 3
                                    

Julius berlarian sepanjang koridor yang hanya diterangi cahaya obor di dinding. Air setinggi mata kaki menggenangi lantainya. Beberapa kali dia hampir terpeleset, tubuhnya sudah terlampau lelah. Hingga dia melihat pintu yang tertutup di ujung koridor.

Julius memutar kenopnya, ketika akan menarik pintunya, sesosok bayangan gelap menghentikan dirinya.

"Belum, kau belum cukup kuat untuk membukanya bocah, belum saatnya. Sudah waktunya kau bangun!" tegas bayangan itu.

Julius terbangun terengah-engah, tubuhnya basah oleh keringat. Dia menoleh ke ranjang Hannibal, sahabatnya itu tidur dengan tenang.

"Kau mimpi buruk gara-gara ciuman semalam?"

"Mana mungkin orang ciuman malah mimpi buruk setelahnya,"

"Bisa saja, karena ada orang yang mengomentari perbuatan orang lain, tapi dia sendiri malah melakukannya," Vaalstrun tampak menyindir Julius.

"Tutup mulutmu, lagipula itu spontan dan aku tak memaksa untuk berciuman," elak Julius wajahnya merah padam.

Vaalstrun tertawa suaranya bergemuruh di kepala Julius.

"Apa yang terjadi dengan mimpimu?"

Julius mengusap wajahnya sebelum bercerita. "Aku seperti berjalan sendirian dalam koridor yang gelap, panjang, dan sepi. Hanya bisa berlari dan berlari. Kemudian ada sebuah pintu, ketika aku ingin membukanya ada suara dalam bayangan yang mengatakan kalau ini belum saatnya bagiku," ungkap Julius dalam benaknya.

"Apa bayangan itu terlihat jelas di matamu? Seperti bentuk binatang dalam ukuran manusia normal?"

"Tidak, dia tak terlalu solid hanya suaranya saja yang jelas terdengar," ujar Julius. "Apa kau tahu sesuatu, Val?"

Julius merasakan kalau Vaalstrun mengetahui sesuatu, tetapi raja naga itu tak mengatakan apa-apa lagi.

"Kau benar-benar tidak membantu,"
gerutu Julius jengkel. Dia memutuskan untuk tidur kembali, karena sekolah besok masih libur sampai beberapa hari ke depan.

Ketika libur pendek telah usai, dan mereka masuk ke sekolah lagi, tahun ajaran sudah memasuki semester kedua.

"Kenapa mereka heboh-heboh seperti itu?" tanya Hannibal menunjuk dengan garpunya ke sekelompok murid yang berdesakan di dekat jendela kantin.

Julius meneguk air jeruknya hingga habis, mengusap sekitar mulutnya, dan berkata, "rumornya kapten kerajaan yang menjaga kota ini akan berkunjung ke akademi,"

"Apa itu pamanmu lagi, Ju?" tanya Ruby.

Julius menggeleng. "Dia pasti mengabariku dulu kalau itu dia," ujarnya. "Seharusnya kau lebih tahu dariku, bukan? Lagipula dia bukan penjaga kota ini,"

Ruby menjulurkan lidahnya.

"Apa mereka kuat?" tanya Hannibal lagi.

"Aku tak tahu," tukas Julius.

"Dia adalah Kapten Ksatria Sihir ke-2 Sybel Zatchet," ungkap Ruby menyuapkan irisan kue kepada Julius.

"Ahh ada kapten lain lagi ya, kenapa para kapten sehebat mereka seringkali berkunjung ke akademi ini sih?" Hannibal bertanya-tanya. "Tapi tunggu dulu, aku sering mendengar soal kapten-kapten ini, tapi kenapa aku tak mendengar soal wakil kapten atau semacamnya?"

"Karena mereka memiliki tanggungjawab berbeda, para kapten selain sebagai pemimpin pasukannya mereka juga melakukan misi khusus dengan kapten lainnya di tempat-tempat tak terduga, dan wakil kapten lah sebagai pengganti kapten jika mereka tidak ada di tempat, kebanyakan mereka berada di markas pusat ketimbang di lapangan. Tapi jangan remehkan mereka, kekuatan mereka tak jauh berbeda dengan atasannya," ungkap Ruby panjang lebar, menyuapi Julius lagi. "Tapi ada alasan lain, beberapa kapten juga bersama wakil mereka ketika melakukan misi,"

Julius AleksanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang