Chapter 9

622 112 8
                                    

Julius dan Selene langsung melompat jauh ke belakang. Kehadiran orang asing itu membuat bulu kuduk mereka berdiri tegak.

"Hawa membunuh yang dahsyat," gumam Hannibal berkeringat. Kakinya gemetar, mungkin baru kali ini dia merasakan ketakutan paling hebat dalam hidupnya.

"Kallen!" teriak Selene berlari setelah melihat sahabatnya itu roboh dengan mulut berbusa. Rupanya gadis itu tak kuat menahan hawa membunuh yang dikeluarkan oleh pria misterius tadi.

"Siapa kau ini?" Julius memberanikan bertanya.

"HAHAHAHAHAHAHA! KENAPA AKU HARUS MEMPERKENALKAN DIRIKU PADA ORANG YANG AKAN SEGERA MATI SEPERTIMU?!"

Julius menatap ngeri. "Dia gila!" batinnya.

"TRAAANG!" benturan antara dua senjata tak terhindarkan ketika orang itu mendadak ingin menebas leher Julius dengan pisau. Julius bereaksi cepat, menangkisnya dengan pedang latihan.

"Hooo... Lumayan juga, kau memiliki bakat Nak," kata orang aneh tersebut, matanya berkilat mengerikan.

Penampilan orang itu memang mengerikan, tubuhnya pucat kurus kering, rambutnya awut-awutan, mengenakan topi tinggi, dan kacamata satu lensa. Pandangannya agak sayu dan bermata merah.

Julius yang akan menyerang balik mendadak terlempar beberapa meter.

Hannibal yang naik pitam menebaskan pedangnya, namun dia hanya mengenai udara kosong, orang itu berpindah dalam sekejap ke dekat Selene dan Kallen. Kedua gadis itu terangkat ke udara seolah tercekik, Selene menggeliat kesakitan.

Hannibal yang melihat Selene dan Kallen kesakitan, berbalik arah. Tapi seseorang mendahului dirinya. Sosok itu menebas kedua tangan orang aneh tersebut, sehingga Selene dan Kallen jatuh.

Selene terbatuk-batuk, dia mendekati Kallen yang menggeliat sakit.

Rupanya Julius yang menyelamatkan kedua gadis itu. Dia dalam kondisi trans, persis kala menyelamatkan Hannibal dari amukan Kominos.

"Julius," desis Hannibal tak percaya.

"Benar-benar pemuda yang menarik," kata orang tua tersebut menyeringai walau kedua tangannya terpotong. "Yah kupikir aku akan bertemu kalian nanti. Karena para pengganggu akan segera tiba, sampai jumpa anak-anak manis,"

Seketika orang itu lenyap begitu saja, meninggalkan bau menyengat hidung.

Pasukan keamanan sekolah tiba beberapa saat kemudian. Mereka langsung menolong Kallen dan membawanya ke pusat medis sekolah.

Sementara Julius yang sudah sadar kembali, bersama Hannibal dan Selene dimintai keterangan lebih lanjut.

Sejak kejadian itu, Hannibal lebih sering menghindari Julius. Setiap kali berpapasan atau Julius ingin membuka percakapan, Hannibal hanya menjawab seperlunya lalu melengos pergi.

Hal ini membuat Julius tak enak hati. Dia tahu kalau Hannibal berbuat seperti ini karena melihat kemampuan terpendam Julius.

"Kurasa aku harus berbicara dengannya," kata Julius lelah.

Julius menunggu di lorong sekolah, tetapi dia malah melihat Selene. Gadis itu melambaikan tangan padanya, sembari melangkah mendekat.

"Kau sedang senggang? Mau ikut denganku, Ju?" tanya Selene.

"Kemana?"

"Ikut saja, ayo!" Selene menarik paksa tangan Julius. Dia mengajak Julius keluar halaman sekolah menuju kota.

Rupanya Selene mengajak Julius pergi ke benteng kota, karena sebagai salah satu Legion membuat Selene mendapat akses pergi ke atas dinding pertahanan.

Julius AleksanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang