(Author pov)
Alan baru saja selesai bersiap-siap untuk bersekolah. Semalaman Alan sudah berdebat dengan pikirannya sendiri, dan dia memutuskan untuk pergi bersekolah.
Alan menghampiri kakaknya yang sedang memasak di dapur.
"Mau sekolah lu?"
"Hm."
Alin memberikan kotak bekal kepada adiknya, "ini bekel lo, dan gua nanti pulang telat. Gua ada urusan," Alin langsung pergi meninggalkan Alan yang masih terdiam di dapur.
"SARAPAN LO DIMAKAN," Alin berteriak dari teras.
Alan mengkerutkan keningnya, "itu anak ga sarapan apa?" Alan memandangi sepiring nasi uduk dengan beberapa lauk di dalamnya.
Alan memasukkan bekal nya lalu menyantap nasi uduk yang ada di depannya dengan lahap.
—————————————————————————–—
Saat jam istirahat, Alan berniat untuk meminta maaf pada kakaknya. Alan memasuki kelas kakaknya, tapi perempuan itu tidak ada. Lalu ia mencarinya ke kantin, namun tidak ada juga. Di perpustakaan pun juga tidak ada.
"Kak Alin kemana sih?" Alan memutuskan untuk mencari kakaknya ke dekat gudang.
Sesampainya disana Alan melihat kakaknya sedang berbicara dengan Anna. Alan bersembunyi dari balik tembok, lalu menguping pembicaraan kedua gadis itu.
"Kak Alin kalau lagi butuh kerjaan, aku ada kok kak. Kebetulan di kantornya om aku lagi butuh office girl bagian shift sore sampe malem. Kalo kakak mau, nanti aku bilangin sama om aku."
"Boleh deh, aku ambil kerjaannya."
"Aku telfon om aku dulu ya," Anna menelfon om nya itu.
"Halo om, lowongan yang kemarin masih ada ga om?"
"Aku mau dong om, buat teman aku."
"Oke om, makasih ya," Anna mematikan panggilan telfon.
"Kak, katanya bisa. Nanti sepulang sekolah kita langsung kesana ya," ucap Anna sambil tersenyum manis.
"Makasih banyak ya Na, maaf jadi ngerepotin kamu" Alin tersenyum simpul.
"Sama—"
"Maksud lo baik sama kakak gua apaan?" Alan menghampiri Anna dan Alin.
"Aku cuman mau bantu kakak kamu doang kok. Gaada maksud apa-apa," Anna memasang muka sedih.
"Inget ya, sampe kapan pun gua gaakan mau sama lo. Inget itu," Alan menarik lengan Alin menjauh dari sana.
Saat sudah menjauh, Alin menghempaskan tangan adiknya itu dari lengan tangannya.
"Maksud lo apa tadi?!" Alan berbicara dengan suara yang kencang.
"Tadi gua lagi cari kerjaan, dia ga sengaja denger. Terus dia nawarin gua kerjaan. Udah gitu doang. Kenapa lo jadi sewot?"
"Gua gamau ya punya utang budi sama dia. Lagi kayak gaada orang lain aja. Kenapa harus dia ha?!"
"Inget ya Alan putra. Yang nerima kerjaan dari dia itu gua. Jadi, semua konsekuensi bakal gua tanggung sendiri. gua gaakan libatin elo. dan inget satu lagi. gua gaakan jadiin lo tumbal untuk nyelesain suatu masalah. tenang aja. ini udah tanggung jawab gua. lo sekolah aja yang bener, ngerti?" Alin pergi meninggalkan Alan.
"ARGHHHH," Alan menendang tong sampah yang ada didekatnya. Nafas nya tersenggal-senggal, wajahnya juga memerah. Emosinya sedang sangat memuncak sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alin & Alan (selesai)
Teen Fictionkisah tentang kakak beradik yang memiliki kepribadian yang sangat berbeda. tapi itu yang membuat mereka menjadi melengkapi satu sama lain. kalo penasaran, lanjut baca aja. siapa tau jadi suka hehe. thankyou, happy reading !