tujuh

44 4 0
                                    

(author pov)

"WOIIII BANGUNNNN," Alin menggoyang-goyangkan tubuh adiknya dengan brutal.

"Subhannallahhhh, badan gua jangan dikocok-kocok apa," Alan duduk di kasurnya masih dengan mata yang terpejam.

"Ayo bangun," Alin menarik lengan adiknya untuk segera bangun dari kasur.

"Ngapain siiiiii," Alan mengacak-ngacak rambutnya kesal. Ia melihat jam yang berada di mejanya.

"Ini baru jam 3 pagi kakkkkk, lu mau ngapainn???"

"Ayo sholattt."

"Sholat apaan ya allah jam segini????"

"Ketauan banget ga pernah sholat ini anak. Sholat tahajud lahhhh, mau sholat apaan lagi ha? Juhur?"

"Tahajud? Apaan tuh?" Alin menempeleng kepala adiknya.

"Lu hidup 17 tahun gatau tahajud itu apa?"

"Engga."

"Ya allah nih anak... tahajud tuh sholat sunnah yang paling istimewa. Pokoknya lu gabakal nyesel kalo lu sholat. Udah ayuk sholat."

"Jama'ah?"

"Sejak kapan sholat sunnah berjamaah hah?"

"Pas teraweh jama'ah-an tuh."

"Itu beda lagi dodol. udah sana ambil wudhu."

Alan berjalan gontai menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah itu ia memakai sarung, baju koko dan juga peci.

"Ini gimana sholatnya?" Alin menjelaskan secara detail kepada Alan tentang semua info sholat tahajud. Setelah mengerti Alan dan Alin mulai melaksanakan sholat secara sendiri-sendiri.

—————————————————————————–—

Alin kembali mengurak-ngurak adiknya untuk segera bangun dan mengajaknya sholat Subuh bersama.

Alan dengan sangat berat hati menuruti perintah kakaknya dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah itu mereka melakukan sholat berjamaah yang di imami oleh Alan.

Setelah selesai sholat, Alan merapikan peralatan sholatnya dan kembali ke kasur untuk melanjutkan tidurnya yang lagi-lagi terganggu oleh kakaknya. Namun baru beberapa detik Alan memejamkan matanya, Alin kembali menarik tangan adiknya dan menyuruhnya untuk segera bangun.

"Apaan lagi sih kak....."

"Ganti baju olahraga, kita lari pagi."

"Haa???" Alan menatap kakaknya melas.

"Gua masih ngantuk kakkkkkk, please lah yaaa. Gua mau tidurrrr."

"Enggaaa, ayo bangun cepet. Gua tunggu lima menit di bawah. Sampe lo tidur lagi, duit jajan lo gua potong."

"IYA IYAAAAA."

"Good boy," Alin menepuk-nepuk kepala adiknya pelan kemudian keluar dari kamar sang adik. Alan dengan sangat sangat sangat berat hati berjalan menuju lemari dan berganti pakaian. Demi uang jajan, ia rela meninggalkan kasurnya yang nyaman itu.

—————————————————————————–—

Setelah cukup lama berlari-lari, Alin mengajak Alan untuk makan bubur bersama di tempat langganannya.

"Mang bubur nya kayak biasa, dua. yang satu pakein sate usus tiga ya mang."

"Siap neng Alin, mamang siapin dulu ya."

"Kok dia kenal lo?" Alan berbicara dengan berbisik.

"Gua hampir tiap hari kesini. Lo gatau kan? Tidur mulu sih lo."

"Sorry, mimpi gue lebih indah daripada muka si mamang nya."

"Hus, kalo ngomong," Alin menyenggol kaki adiknya. Alan malah cengengesan.

"Sudah siap neng, silahkan dimakan," si mamang menaruh dua mangkok berisi bubur ayam dengan toping lengkap. Tidak lupa dengan kerupuknya yang selalu menjadi pelengkap. Serta sate usus, spesial untuk Alan.

"Tumben, biasanya sendiri mulu neng. Pacarnya ya?" Goda si mamang.

"Bukan mang, ini adek saya. Emang ga mirip kah?" Alin mendekatkan wajahnya dengan wajah Alan.

"Adek kakak toh. Pantesan aja cantik dan ganteng."

"Hahaha, si mamang bisa aja."

"Yaudah atuh neng, silahkan dinikmatin."

"Siap mang, makasi ya mangg."

"Iya neng, sama-sama," si mamang kembali melayani pembeli yang lainnya.

Alan mencondongkan kepalanya mendekati Alin, "kok lo bisa ramah gitu si gila?"

"Gua emang ramah, terkecuali sama lo."

"Ye, kurang asin."

"Kurang asem dodol."

"Yaudah sama aja," Alan memasukkan sesuap bubur ke dalam mulutnya.

"Tapi sekarang lo lebih berekspresi sama gua kak, ga kayak dulu."

"Karna sekarang keluarga gua tinggal lo doang. Gua gamau kalo gua tetap cuek sama lo, hubungan kita jadi renggang. Dan gua gamau kita jauh."

"Aaaa, sosweet deh," Alan menyolek dagu Alin.

"Geli pea," Alin bergidik ngeri. Alan tertawa puas.

—————————————————————————–—

Alan sedang menonton tv diruang tamu sambil memakan cemilan. Alan melihat kakaknya yang baru saja menuruni anak tangga. Alan mengkerutkan keningnya.

"Lu mau kemana kak?" Alin menghampiri adiknya lalu duduk di samping Alan sambil memakai sepatu.

"Mau kerjalah."

"Loh, sabtu kerja juga?"

"Iyalah."

"Tapi bukan nya lu kerja di kantor gitu ya jadi office girl? Bukannya itu ngikutin hari kerja yang cuman sampe jumat?"

"Gua kebetulan kemarin dapet kerjaan di caffe teman gua gitu. Gajinya lumayan gede."

"Lu ga cape kak? masa kerja mulu."

"Tenang aja kok, gua ngambil nya juga yang per hari. Jadi gua bisa ngabarin satu hari sebelum gua kerja. Gua bisa apa enggak besokkannya. Lagian gua juga ga ngapa-ngapain di rumah. Mending ngerjain yang bermanfaat kan?"

Alan mengangguk-anggukan kepalanya.

"Yaudah, gua anterin ya. Tunggu bentar," Alan berlari ke kamarnya.

Tak lama Alan kembali dengan style yang serba hitam.

"Tumben lu cakep," Alin memuji Alan.

"Dih, baru nyadar lo? Gua mah emang udah cakep dari masih di rahim mamah."

Alin memasang muka datar. Kepedean Alan mulai kembali muncul, Alin membuka pintu depan dan pergi keluar rumah duluan meninggalkan Alan.

Alin & Alan (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang