dua

66 8 0
                                    

Papah tiba-tiba dapet tugas di luar kota. Tadinya papah gamau terima, tapi setelah kita bujuk-bujuk akhirnya mau juga. Katanya "papah ga tega ninggalin kalian, tugas papah kan 6 bulan disana, dan itu bukan waktu yang sedikit."

Tapi gua sama kakak akhirnya berhasil juga ngeyakinin papah kalo kita gaakan kenapa-kenapa. Dan mamah bakal ikut papah nugas.

"Harus lebih sering berkabar ya," ucap papah.

"Iya pah," ucap gua dan kakak berbarengan.

Papah menghela nafas panjang, "papah besok udah berangkat."

"Kita besok ikut anter papah ke bandara ya."

"Gausah, besok kan kalian masih sekolah."

"Keburu kok pah, kan sekolahnya masuk jam setengah 7, papah berangkatnya jam setengah enam-an."

Papah tersenyum kecil, "yaudah, ayu sini peluk," papah merentangkan tangannya.

Gua, kakak, dan mamah langsung menghampiri papah. Dan kita saling berpelukan. Jujur, rasanya berat ngelepasin orang yang kita sayang. Tapi mau gimana pun, papahkan kerja juga buat nafkahin gua, kakak sama mamah.

Setelah acara sesi berpelukan. Kita masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

—————————————————————————–—

Besok paginya, gua, kakak, mamah dan papah berangkat ke bandara pagi-pagi buta. Jalanan masih sangat sepi. Mamah dan papah berangkat menggunakan driver taksi online. Sedangkan gua dan kakak memutuskan untuk naik motor. Karna biar sekalian buat berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sana, mamah ngebeliin roti dan juga susu untuk kita berempat sarapan. Karna tadi mamah belum sempet buat sarapan. Papah dan mamah berangkat masih sekitar setengah jam lagi. Karna gua ngantuk banget, gua memutuskan untuk tidur terlebih dahulu di pundak kakak gua.

—————————————————————————–—

Setelah tidur cukup lama, gua di bangunin sama kakak, karna katanya papah sama mamah udah mau berangkat. Kita meluk papah sama mamah satu persatu secara bergantian.

"Jaga diri baik-baik ya.. jangan nakal. Papah dan mamah amanatin kamu untuk jaga adek kamu itu yang nakal nya minta ampun. Papah tau dia suka bikin onar hahaha, papah sangat berterimakasih sama kamu karna kamu selalu bisa nanganin adik kamu itu," papah mengelus kepala kak Alin dan mencium pucuk kepalanya.

"Kamu jangan nakal-nakal, nurut sama kakak kamu ya, kalian harus saling jaga," papa juga mencium pucuk kepala gua.

Lalu bergantian mamah yang bicara dengan gua dan kak Alin.

"Kalian saling jaga satu sama lain ya, jangan berantem mulu. Mamah dan papah seneng kalo bisa ngeliat kalian akur. Mamah nitip adik kamu ya Lin. dan untuk kamu.." mamah menatap gua.

"Kamu jangan bikin onar mulu dan nyusahin kakak. Memang dipikir mamah gatau kamu suka pakai make up mamah buat nutupin muka kamu yang lebam ha," mamah menatap gua kesal. Gua cuman cengengesan.

Mamah tersenyum manis, "mamah juga nitip kakak kamu ya Lan. Dan kamu harus bisa lebih dewasa lagi dari sebelumnya."

"Mamah sama papah kok udah kayak mau pergi jauh aja si, kita bakal jaga diri kok. Mamah sama papah juga jaga diri baik-baik ya."

Mamah dan papah tertawa kecil, "kita gatau apa yang akan terjadi selanjutnya. Jaga-jaga aja hehe."

"Hus, gaboleh ngomong kayak begitu," ucap kak Alin.

Setelah itu kita berpelukan bersama cukup lama. Pelukan mamah sama papah erat banget, seakan-akan takut kehilangan.

"Yaudah, papah sama mamah berangkat ya... kalian jaga diri baik-baik. Assalamualaikum," papah dan mamah berjalan menjauh sambil melambaikan tangannya.

"Waalaikumsalam," gua dan kak Alin membalas lambaian tangan mereka.

Setelah papah dan mamah menghilang dari pandangan. Gua dan kakak langsung pergi ke sekolah bersama.

"Kak—" gua belom selesai ngomong kakak langsung nyodorin duit jajan ke gua.

"Sisanya nanti di rumah ya."

"Kak Alin emang paling peka deh, jadi makin sayang," gua mencium pipi agak chubby milik kakak gua itu. kakak gua menatap gua dengan tatapan horror. Gua langsung berlari menuju parkiran sebelum kenak amukan macan.

—————————————————————————–—

Pada saat jam istirahat kak Alin nyamperin gua yang lagi nongkrong sama temen-temen di lapangan.

"Ikut gua bentar, mau ngomong."

"Hai Alin," udah ketebak lah ya ini siapa. Siapa lagi kalo bukan Hadi.

"Hai," kakak membalas sapaan Hadi.

"Ayo," kakak berjalan lebih dulu. Gua ngikutin kak Alin dari belakang. Saat sampai di dekat gudang kakak berhenti dan langsung natap gua tanpa ngomong apa-apa. Kak Alin cuman diem aja.

"Kenapa kak?" Gua bingung. Muka kakak kayak gelisah gitu.

"Lu udah dapet kabar dari mamah-papah belom?" Gua menggelengkan kepala.

"Kenapa memang kak?"

"Gua gatau kenapa. Tapi perasaan gua daritadi udah ga enak. Papah sama mamah harusnya udah sampe di padang. Tapi sampe sekarang belom ada kabar."

Gua mengusap-ngusap pundak kak Alin, berusaha untuk menenangkannya, "mungkin papah langsung berangkat kerja, atau ga papah sama mamah kecapean dan langsung istirahat. Bisa aja kan? Udah ya gausah terlalu cemas. Papah sama mamah bakal baik-baik aja kok."

Kakak menganggukkan kepalanya, "mungkin gua nya aja kali ya yang terlalu parno."

"Yaudah, gua mau ke kelas, dahhh," kakak melambaikan tangannya kemudian pergi.

Gua menghela nafas panjang, "sebenernya hati gua juga ga karuan kak, gua juga takut mamah sama papah kenapa-kenapa."

"Semoga mereka berdua baik-baik aja."

—————————————————————————–—

Saat jam pelajaran berlangsung, tante Ema nyamperin gua ke kelas dan meminta izin untuk gua dipulangkan lebih dulu. Gua yang bingung langsung nyamperin tante Ema.

"Ini ada apa tante?"

"Nanti kamu juga tau sendiri pas sudah sampe di rumah," ucap tante Ema sambil masih fokus mengemudi. Suara tante Ema sedikit bergetar, kayak lagi nahan tangis.

Gua menatap kakak yang daritadi diem aja dengan tatapan yang kosong. Sorotan matanya memancarkan kesedihan.

"Kak, ini ada apa?" Tanya gua ke kakak. Kakak cuman menggeleng dan tersenyum kecil.

"Nothing, it's all gonna be alright," kakak mengelus-ngelus rambut gua. Kakak juga ngomong dengan suara yang bergetar. Ini sebenernya ada apa si? Terus kenapa perasaan gua makin ga enak ya?

Alin & Alan (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang