Sesampainya di rumah, gua ngeliat banyak orang yang dateng pakai baju hitam-hitam. Dan banyak bendera kuning yang menuliskan nama orang tua gua. Gua menatap kakak. Kakak cuman gandeng tangan gua masuk ke dalam rumah. Dan diruang tamu udah banyak orang-orang yang lagi baca yasin.
Gua menatap kakak dan tante Ema secara bergantian.
"Mamah sama papah kecelakaan pesawat. Pesawat yang mamah sama papah naikin ngalamin kecelakaan dan meledak. Semua yang ada di pesawat udah gaada yang selamat," ucap kakak dengan suara yang bergetar. Air mata gua langsung meluncur jatuh.
"Ini bohong kan kak?" Gua memegang kedua pundak kakak.
"Gua pikir ini cuman mimpi. Tapi pas gua cek berita, ternyata itu emang nyata," air mata kak Alin meluncur membasahi pipinya.
Gua memeluk kakak dengan erat, kakak mengusap-ngusap pundak gua. Tubuh kakak bergetar. Gua masih ga nyangka, orang tua gua ninggalin gua dan kakak secepat itu. Tuhan tolong bangunkan Alan jika ini hanya mimpi..
—————————————————————————–—
Setelah acara selesai, teman-teman gua dateng ke rumah. Begitu juga dengan teman-teman kakak gua. Mereka berusaha menghibur kita yang lagi berkabung. Dan mereka memutuskan untuk menginap karna takut terjadi sesuatu dengan gua dan kak Alin. Untungnya juga besok hari libur.
"Kakak lo mana?" Tanya kak Sonya.
Iya juga ya, daritadi gua ga liat kakak dimana. Gua izin ke temen-temen buat nyari kakak.
Ternyata kakak lagi di teras depan, lagi ngobrol sama tante Ema. Karna penasaran jadinya gua nguping pembicaraan mereka berdua.
"Gapapa tante. Alin bakal ngegantiin mamah sama papah buat jagain dan nafkahin Alan. Alin gamau ngerepotin tante. Tante kan juga punya anak, empat lagi."
Fyi, tante Ema itu single parents. Suaminya meninggal saat lagi ngandung anak ke empat.
Tante Ema mengelus rambut kak Alin lalu tersenyum kecil.
"Yaudah kalo itu mau kamu, nanti tante urus semua aset milik papah kamu dan akan tante ganti atas nama kamu. Dannnnn, kalo ada apa-apa jangan sungkan untuk ngehubungin tante. Tante bakal lebih sering dateng kerumah kamu. Oke?" Kak Alin mengangguk.
"Makasih ya tante," tante Ema merentangkan tangannya. Kak Alin membalas rengtangan tangan tante Ema dan memeluknya erat.
"Alan, tante tau kamu ngumpet disitu," ucap tante Ema masih sambil memeluk kakak gua. Gua mengusap tengkuk leher gua yang tidak gatal.
"Hehe, kok tante tau."
Tante Ema tertawa, "sini."
Gua menghampiri tante Ema dan ikut memeluknya.
—————————————————————————–—
Malamnya, gua menghampiri kakak ke kamarnya. Kak Alin lagi merenung sambil ngeliat foto kita sekeluarga. Gua naik ke atas kasur dan memeluk kakak.
"Kerasa mimpi ya kak.." kak Alin mengangguk.
"Kak Sonya mana?"
"Lagi mandi."
Pintu kamar kakak terbuka dan muncullah kak Sonya yang berdiri di depan pintu.
"Lu berdua kayak orang pacaran monkey. Gua merasa jadi nyamuk."
"Enakkan? Gua punya kakak rasa pacar," gua menaik-turunkan alis, meledek kak Sonya.
Kak Sonya melempar handuk ke arah gua.
"Pergi lo sana, gua mau tidur."
"Gamau, masih nyaman," gua makin erat meluk kakak gua.
"Gua baru liat kakak beradik yang kayak gini. Ini mah meresahkan."
"HAHAHAAH mang enak. Sana minta dipeluk bang Alex."
Fyi, bang Alex itu saudara kandungnya kak Sonya. Sekarang bang Alex lagi kuliah jauh diluar negri.
"Lu ngeledek gua ha?"
"Mau gua peluk ga kak? Dijamin bikin nyaman," gua tersenyum lebar.
"Senyuman lo meresahkan, jadi kayak om-om pedopil," kak Sonya bergidik ngeri.
"Kurang ajar."
"Udah sana lo, ini girls time."
"Begayaan sok-sok girls time, kakak gua kan cewe jadi-jadian."
"Maksud nya apaya..." kak Alin menatap gua datar.
"Hehe, ampun."
"Udah sana lo," usir kak Sonya.
"Ck, iya-iya. Lo mah ganggu aja nih. Jarang-jarangkan kakak gua mau di peluk," gua berdecak kesal lalu beranjak dari kasur dan pergi keluar kamar.
"Biarin wle."
Kak Alin menggelengkan kepalanya dan tertawa kecil.
—————————————————————————–—
Besok paginya, gua kebangun dan mendapati meja makan yang udah penuh dengan piring yang tertata rapih dan juga ada nasi goreng beserta lauk-lauk lainnya. Wanginya juga enak banget. Jadi makin laper.
Gua menghampiri meja makan, dan mencari-cari siapa yang masak ini semua. Temen-temen gua juga pada keluar kamar dan menghampiri meja makan, begitu juga kak Sonya. Kalo kak Sonya disini...
"Kakak gua mana?"
"Gua gatau, tadi pas gua bangun, sebelah gua sudah kosong."
Tiba-tiba kak Alin muncul dari arah dapur dengan membawa piring besar berisi ayam goreng.
"Loh kak. Ini lo yang masak?" Selama gua tinggal bareng kakak, gua ga pernah liat kakak masak begini. Jadi gua heran.
"Iya, kenapa? Lo meragukan gua?"
"Bukan begitu, gua ga pernah liat lo masak, jadi heran aja."
Kak Alin tersenyum kecil. Lalu ia menyuruh kita semua untuk duduk dan makan bersama. Dan tentu dengan semangat 45,gua dan temen-temen gua langsung nyerbu makanannya tanpa malu.
Kak Alin sama kak Sonya cuman bisa geleng-geleng kepala.
"WAH ENAK KAK," ucap gua, Hadi dan Aldo secara berbarengan.
"Syukur deh kalo enak."
"Sejak kapan bisa masak?" Tanya gua.
"Emang lo pikir kalo mamah lagi ga dirumah yang masak siapa?"
"Ya kan bisa aja, mamah masak pagi-pagi, terus elo tinggal ngangetin doang hehe," kak Alin mendengus kesal.
"Sonya, ayo makan," kak Sonya mengangguk.
"Aduh, udah pinter, cantik bagaikan bidadari, pinter masak, sholeh pulak. Udah cocok ini mah jadi menantu mak gua," ucap Hadi sambil tersenyum lebar.
"NGIMPI," ucap kita serempak, kecuali kak Alin.
"Sedih akutuh diginiin," Hadi mengelus-ngelus dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alin & Alan (selesai)
Novela Juvenilkisah tentang kakak beradik yang memiliki kepribadian yang sangat berbeda. tapi itu yang membuat mereka menjadi melengkapi satu sama lain. kalo penasaran, lanjut baca aja. siapa tau jadi suka hehe. thankyou, happy reading !