Kerinduan Rose pada keluarganya begitu besar. Tak terasa, waktu terus berjalan dan Rose masih bertahan dengan segala macam rasa yang ia peroleh setelah menginjakan kakinya di istana megah ini. Perasaan sesak tak jarang menghinggapinya kala momen kebersamaan itu terlintas dalam benak. Hanya bisa meluapkan pada kesendirian dan tangis sunyi di keheningan malam. Meskipun eksistensinya kerapkali menimbulkan aura positif pada orang di sekitarnya sehingga membuat nyaman dan tertawa, Rose tetaplah Rose. Gadis dengan hati yang rapuh dan mudah tersentuh.
Seperti pada kondisi saat ini. Rose baru saja bercakap dalam telepon bersama sang ibu-memintanya untuk berkunjung ke rumah walau sekali. Orang-orang rumah sudah sangat merindukannya, ingin bertemu. Tak jarang, Rose juga mengeluarkan isak tangis di sela percakapan, bahkan saat kata 'Hallo' baru saja terlontar.
Rose masih mempertanyakan, apakah jika ia pulang diizinkan? Sementara Ratu Margareth terus-terusan menyodorkannya tugas untuk kesiapannya menghadiri bakti sosial. Jika bukan karena peraturan sialan yang membuatnya harus tetap tinggal, sudah dipastikan Rose pulang saat ini juga menuju rumah ternyamannya. Menemui Ayah, Ibu dan Soobin.
Begitu lama Rose termenung. Bahkan berulang kali menggigiti kuku jarinya. Bergerak gusar kesana kemari, tak diam. Menimbang-nimbang, haruskah ia meminta izin untuk pulang.
Pun dengan keputusan pasti, Rose memberanikan diri untuk menemui Ratu Margareth di istana utama. Dalam perjalanannya, Rose terus merapal dalam hati semoga tidak mengecewakan dan tidak dimarahi.
"Tuan Lee, Ratu ada di dalam?" Bisik Rose saat melihat Tuan Lee yang baru saja ke luar dari ruangan kerja raja.
"Ada Nona." Ujar pria paruh baya itu dengan berbisik pula. Sengaja meniru, sebab merasa gemas dengan tingkah tuan putrinya ini.
Setelahnya, Rose menarik nafas dalam dan menghembuskannya sebelum kemudian menarik kenop pintu itu lalu masuk.
.
.Jungkook tersenyum simpul membalas sapaan formal dari para pelayan yang ia lewati. Tungkainya berjalan diantara para pelayan istana yang berjejer. Sudah rapih dan tampan, hendak ke luar.
Membahas hal itu, akhir-akhir ini pelayan istana heboh membicarakan Jungkook. Sebab merasa heran dengan perubahan yang terjadi.
Jika biasanya Jungkook akan berjalan angkuh dengan dagu yang sedikit diangkat dan tatapan intimidasi, maka sekarang tidak lagi. Sorot matanya terlihat lebih berbinar, bahkan tak segan akan balas tersenyum menyapa para pelayan, meskipun tipis.
Ini terasa aneh. Hingga akhirnya mereka menyadari, penyebab perubahan sikap yang dialami tuan mudanya itu adalah tuan putri Rose. Sangat manis sekaligus gemas ketika melihat Jungkook yang selalu menjahili Rose, karena memang Jungkook itu pria nakal, senang sekali menggoda. Tentu Jungkook bersikap seperti itu hanya pada Rose, sebelumnya tidak pernah. Bahkan pada Irene sekalipun.
Dalam pandangannya, Irene itu wanita sempurna. Maka dari itu dia juga harus terlihat lebih sempurna dan dewasa. Memperlakukannya dengan baik. Tak jarang Irene juga selalu memberi Jungkook saran dalam segala hal yang membuat semangat. Itulah alasan Jungkook kian mengaguminya hingga saat ini. Rasa cinta itu bahkan sepertinya masih tersimpan rapih.
Namun sekarang Jungkook kembali mempertanyakan perasaannya itu. Sebab ketika bersama Rose, Jungkook merasakan sensasi lain. Seolah menemukan jati diri sesungguhnya yang tidak pernah ia sadari. Terbiasa dan merasa nyaman. Bisa tertawa lepas, terlihat lebih bahagia saat bersama. Setidaknya itu yang Jungkook rasakan akhir-akhir ini setelah tahu dan mengenalnya lebih dalam.
Selalu ada kejutan tak terduga yang dilakukan istrinya itu hingga membuat perasaan Jungkook menghangat. Ketika Jungkook berusaha mengelak, selalu ada dorongan dalam diri yang membuatnya harus terus mempertahankan Rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Prince ✔️
RomanceRose sudah menyusun rencana masa depannya dengan serapih mungkin. Namun kandas begitu saja saat dia harus menerima takdir lain, dimana ia dijodohkan dengan Jungkook. Kebebasannnya terikat karena status baru yang disandangnya. Terlebih, tidak ada b...