20. Our World

2.9K 370 61
                                    

Jungkook tak tahu apa yang dia pikirkan saat ini. Ia hanya berusaha untuk bersikap professional dan memerankan perannya dengan baik. Menunjukan apa yang paling disukai. Tentu. Berakting adalah kebahagiaannya sejak dulu. Bahkan sejak dirinya berada di London.

Jungkook tak mengira jika apa yang ia hindari, untuk tidak benar-benar melakukan skinship berlebih malah harus berujung sia-sia. Meskipun itu sulit, sebab chemistry harus terjalin dengan baik, agar penampilan memberikan kesan sempurna.

Namun yang menjadi masalah saat ini adalah ketika hatinya yang merasa tak tenang saat bibirnya harus berpagutan dengan Irene-perempuan yang dulu begitu ia cintai dan tak yakin apakah perasaan itu juga masih tetap sama hingga sekarang. Sebab dalam pikirannya selalu terlintas perempuan lain yang juga ia pikirkan perasaannya.

Sulit bagi Jungkook untuk menyembunyikan perasaan terkejutnya saat ia mendapatkan Rose di sana-seorang diri, jauh dari ramainya orang-orang. Dapat ia lihat, pandangan Rose yang kosong dan sendu. Jungkook tebak, pasti dalam kepala gadis itu sudah banyak pikiran negatif yang bersarang.

Dengan sigap Jungkook beringsut mundur dari dekapan Irene saat melihat perempuan itu lari dengan tergesa dan keluar dari studio. Dirinya hendak menyusul, namun Irene menahan lengannya.

"Kook, kita belum selesai. Kau mau kemana?"

Jungkook tersadar jika ia masih harus melakukan sesi latihannya hingga akhir. Pun dirinya kembali menoleh ke arah Irene. Menghela nafas, kemudian tersenyum kecil dan mengangguk. "Kita selesaikan latihannya."

.
.

Tungkai Rose terus berjalan melewati koridor lantai satu yang beruntungnya terlihat sepi, hanya ada tiga empat mahasiswa di sana. Membuat ia tak begitu malu sebab wajahnya pasti sangat berantakan saat ini. Rose merutuki keadaannya. Tiap langkah yang ia ambil, justru semakin membuat pertahanan itu tak lagi dapat terbendung. Perasaannya kian sakit.

Segera mempercepat langkah sebab dilihatnya beberapa mahasiswa sudah keluar dari dalam studio. Artinya sesi latihan telah selesai dan ia tidak ingin menemui Jungkook. Rasanya ingin pergi sejauh mungkin dari jangkauan pria itu.

"Kau lihat tuan muda Jungkook dan Irene saat latihan tadi? Ah, mereka terlihat manis."

"Eoh, aku hampir meleleh saat melihat adegan berciuman mereka."

"Tak kusangka, mereka memang terlihat serasi."

Sial sekali saat Rose harus mendengar pembicaraan dua orang perempuan di belakangnya. Mereka berbicara dan melupakan fakta jika Jungkook adalah lelaki yang sudah beristri. Kenapa mereka sejahat itu hingga melupakan dirinya yang jelas adalah sosok yang paling dirugikan dalam hal ini?

Rose memasuki toilet perempuan. Menghela nafas lelah dan melihat pantulannya dalam cermin. Sangat menyedihkan. Mengusap wajahnya kemudian membasuh dengan air dari keran yang mengalir.

Rose masih memejamkan mata dan menetralkan nafas yang terasa pedih saat ia hirup. Ia kembali membuka mata saat menyadari seseorang baru saja masuk dan kini berdiri di sampingnya. Sama-sama menghadap kaca. Namun ekspresi wajah perempuan itu berbanding terbalik dengan keadaaanya yang terlihat menyedihkan.

Itu Irene, perempuan itu membasuh tangannya, kemudian membenarkan riasan natural pada wajah dan mengibaskan rambut hitam legamnya. Membuat perasaan Rose kembali sakit ketika melihat wajah angkuh nan anggun itu. Rose tidak tahan. Dirinya bersiap untuk pergi dari sana, namun Irene menghadap ke arahnya. Menahan Rose untuk tidak pergi.

Irene tersenyum dengan manisnya. Kemudian menunduk, memberi hormat, namun hal itu malah semakin mengundang perasaan gelisah pada hati Rose.

"Salam hormatku padamu Tuan Putri."

My Cold Prince ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang