Kaki jenjang yang terbalut rok span di atas paha dan memakai heels itu berjalan dengan anggunnya memasuki area kafe. Setelah mendapatkan minuman pesanannya, Irene segera keluar dan kembali melanjutkan kegiatannya menelusuri kota Seoul.
Wanita itu tersenyum lebar melihat suasana kota kelahirannya. Menyaksikan hiruk pikuknya kota yang mengalami banyak perubahan. Saat ini ia tengah berada di pinggir jalan trotoar dan di sana banyak sekali pedagang-pedagang yang memperjualkan berbagai macam hal.
Di tengah perjalanan itu, netranya tak sengaja melihat ke arah pedagang yang memperjualkan majalah beserta surat kabar.
Dia menghentikan langkahnya sejenak, diambilnya salah satu surat kabar itu. Irene menajamkan pandangannya saat melihat foto seorang lelaki yang bersanding dengan seorang wanita. Irene merasa tak asing dengan wajah lelaki itu dan dia mengenalinya.
Isi dari surat kabar tersebut membuatnya begitu terkejut dan hatinya bergetar. Dia tak menyangka dengan apa yang dilihatnya saat ini. Perlahan pandangannya berembun karena air mata sudah tak dapat terbendung lagi. Tak ada isak tangis yang pilu, namun air mata itu tak henti membasahi pelupuk matanya.
Dalam surat kabar tersebut terpampang jelas sebuah berita yang menyatakan tentang pernikahan Jungkook-- kekasihnya dengan wanita lain yang akan segera dilaksanakan. Saking terkejutnya, Irene hingga tak menyadari jika dirinya saat ini sudah berada di tengah jalan dan dari arah yang berlawanan terdapat motor yang dikendarai dengan kecepatan maksimal.
Suara klakson yang terdengar nyaring menyadarkan Irene dari lamunannya. Matanya membola saat motor itu kini tengah melaju cepat ke arahnya.
"AAAaaa!!" Jeritan itu menarik perhatian orang-orang di sana.
Irene tak sempat berlari untuk menghindar hingga akhirnya dia terpental dengan lumayan keras dan pandangan diapun menjadi gelap.
👑👑👑
Jemari lentik itu menelusuri bingkai foto yang terletak di nakas meja belajar. Gaun panjang dan mewah berwarna biru langit itu melekat di tubuh rampingnya. Pandangannya begitu sendu.
Hari ini adalah hari terakhir Rose berada di rumah sebab pengawal istana dan Dayang Seulgi sudah menjemput untuk mengurusi kepindahannya menuju istana. Rose merasa sedih karena selama hidup dia tak pernah berpisah dengan keluarganya. Hingga sekarang waktunya tiba, dimana Rose akan meninggalkan keluarga dan menyandang peran baru dalam hidupnya.
Usapan halus pada pundaknya membuat ia menoleh ke arah samping.
"Sudah saatnya, Rose" Ibu Celina tersenyum. Rose tahu, ibunya pasti sudah menangis, terlihat dari mata dan hidungnya yang memerah.
Perasaan haru disatupadukan dengan kebahagiaan. Orangtua manapun saat putrinya hendak berpamit untuk meninggalkan dan menetap di kediaman pendamping barunya pasti merasakan demikian. Merasa bangga sebab anak yang sedari kecil ia jaga telah beranjak menuju kedewasaan. Sekaligus sedih. Sebab tanggung jawab itu sudah sepenuhnya teralihkan terhadap laki-laki yang sudah ditakdirkan pada putrinya
Dipeluknya perut sang ibu, saat ini posisi Rose tengah duduk di pinggir ranjang membuat posisinya lebih pendek dari ibu.
Pertahanannya runtuh. Ibu Celina menangis dalam diam sambil mengelus rambut putrinya lembut.
"Hari ini Rose benar-benar harus pergi, bu?" Rose melepaskan pelukan, dia mendongak melihat sang ibu.
"Siapa yang nanti akan mengurus kedai jika sedang ramai pelanggan? Rose pasti akan merindukan ibu, ayah dan soobin. Rose takut tidak betah di sana." Ibu Celina memandang Rose sendu. Didaratkan bokongnya pada single bed di samping Rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Prince ✔️
Storie d'amoreRose sudah menyusun rencana masa depannya dengan serapih mungkin. Namun kandas begitu saja saat dia harus menerima takdir lain, dimana ia dijodohkan dengan Jungkook. Kebebasannnya terikat karena status baru yang disandangnya. Terlebih, tidak ada b...