SUNNIVA | 4

32 16 0
                                    

" Suatu saat kebeneran pasti akan muncul dengan sendirinya"

🌻🌻🌻

"

Vaaa.. Lo gapapa kan? Va bangun Vaa.."

Meira berusaha menyadarkan sahabatnya itu dengan menepuk nepuk pipi Iva.

Iva mengerjapkan matanya perlahan sambil memegang kepalanya yang masih terasa begitu pusing. Iva masih mengingat jelas kejadian tadi sebelum Ia tidak sadarkan diri.

Dengan wajah kebingungan Iva membuka matanya dan melihat bahwa sekarang ia sudah tidak berada di tempat  pameran lukis tadi.

" Kita ada di rumah lo Va. Tadi gue telpon grab mobil buat bawa lo pulang. Nih minum dulu" Sambil menyodorkan segelas air putih.

"Kucingnya gimana Mei? " Tanya Iva dengan wajah yang masih lemas.

"Yaelah masih lo tanya juga kucing itu,  udah gue kubur dekat taman yang ada di sana tadi. " Tersenyum menyakinkan Iva.

Iva mencoba membenarkan posisi duduknya agar kepalanya tidak terasa pusing lagi.

"Kan bener apa yang gue bilang, firasat gue itu selalu bener Mei. Tapi kenapa gue pingsan yaa? "

"Lah kan gue gatau, abisnya kucing itu kelihatan sehat-sehat aja. Tentang kenapa lo bisa pingsan gue gatau kan eluu yang pingsan elaahh.. "

"Haha... Gatau deh ya, gue cuman ngerasa kehilangan banget gitu pas kucing itu ketabrak serasa kayak orang terdekat gue , padahal bukan kucing gue. "

" Yaelah baperan banget lu Va."

"Perasaan gue kayak bakal ngerasa kehilangan gitu Mei sumpah dah, ga ngerti gue sama perasaan sendiri." Jelas Iva dengan wajah kebingungan sendiri dengan keadaan dirinya.

Gue mau pindah Va , gue yang sebenarnya akan pergi jauh dari lo tapi gue ga kuat dan ga berani buat ngomong ke lo.

Meira tidak tau harus berkata jujur kepada sahabatnya itu atau berbohong sampai Iva mengetahui dengan sendirinya. Tapi jika Iva tau dengan sendirinya hatinya akan hancur karena sahabatnya akan pergi jauh darinya.

"Ah perasaan lo aja kali." Ucap Meira meyakinkan Iva.

"Emm maybe. "

***

Meira Allysa

Tercium aroma gulai dari arah dapur membuat Meira turun dari lantai atas menuju ke bawah, karena dapurnya berada di lantai dasar rumahnya.

"Wahh.. Aromanya enak banget nihh, bunda masak gulai ya? " Tanyanya sambil mendekatkan wajahnya di atas penggorengan untuk memastikan aroma gulai tersebut.

"Iyaa nih bunda masakin gulai kesukaan kamu. " Bundanya Meira menjawab dengan nada bicara yang sangat lembut.

Bunda Meira memang orangnya sangat perhatian dan selalu berkata lemah lembut kepada siapa saja. Sekalipun ia  tidak pernah marah, terkhusus kepada putri satu-satunya.

Bundanya menaruh makanan di atas piring untuk makan malam bersama seperti biasanya dengan sangat rapi.

" Sini bund, biar aku aja yang taruh di meja makan. "

SUNNIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang