"uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang"
Kaki jenjangnya membawa untuk pergi ke toko terdekat. Allura lebih suka belanja ditoko daripada minimarket atau semacamnya, karena....
Tentu saja harga yang menjadi prioritas utama, apalagi kini kondisinya tak sama lagi seperti dulu.
Setelah berjalan sekitar 200 meter, akhirnya Allura menemukan toko sembako.
Ditemani dengan hawa sejuk selepas turun hujan, Allura berjalan menuju toko tersebut.
Mulai membeli beberapa kebutuhannya, padahal sebenarnya hanya minyak, penyedap, gula, beras, dan telur.
"jadi berapa bu?"
Allura merogoh saku celananya, mengambil uang yang tadi ia bawa dari kost, sisa uang pembayaran kost tadi pagi.
"seratus lima puluh"
Allura menyodorkan uang dua ratus ribu, kemudian berbalik kembali menuju kost setelah menerima uang kembaliannya.
🐣🐣🐣🐣
Beberapa bahan makanan kini telah tersusun rapi, Allura mulai bersiap untuk memasak. Gadis dengan rambut dicepol asal tersebut tengah mencuci beras, kemudian beralih memecah telur yang akan ia goreng.
Sederhana.
Hanya telur dadar dan nasi.
Dan mungkin itu yang akan menjadi makanan sehari-hari Allura sebelum ia mendapatkan pekerjaan.
Naasnya, Allura harus mencari tau sendiri informasi lowongan pekerjaan. Masalah keluarganya terlalu rumit, bahkan terlalu terbuka untuk umum.
Tapi entahlah, Allura juga tak tau kenapa masalah pribadi keluarganya bisa tersebar luas, bahkan teman sekolahnya juga mengetahui. Dan itu yang menjadi alasan Allura tak mempunyai teman.
🐣🐣🐣🐣
Allura bukan gadis yang terlalu ambisius dalam hal pelajaran, tapi entah kenapa gadis tersebut tak pernah lengser dari posisinya yang selalu menempati pringkat 5 besar dikelasnya.
Bahkan, Allura juga tak jarang untuk membolos dari sekolah hanya karena guru yang tak ia sukai.
Hari ini, Allura sudah bersiap dengan seragam putih abu-abu. Rok yang hanya sebatas lutut, dengan baju yang dimasukkan, begitu mencetak jelas postur tubuh Allura yang bisa terbilang ideal. Bahkan, betis yang putih mulus tersebut terlihat begitu pas dengan proporsi ukuran tubuh Allura.
Jarak dari kost ke sekolahnya tak sampai satu km, dan Allura bertekad akan jalan kaki. Sinar fajar bahkan masih malu untuk menunjukkan eksistensinya, tapi Allura dengan rambut kuncir kuda sudah keluar dari halaman kostannya.
Dengan langkah santai, akhirnya Allura mampu untuk sampai disekolah tanpa terlambat.
Gerbang sudah dipenuhi lalu-lalang siswa yang juga berniat menimba ilmu.
Allura memasuki kawasan sekolahnya, tatapan tajam mengintimidasi sudah biasa Allura terima, bahkan ada juga yang terang-terangan menyindir Allura.
Haters.
Tak perlu menutup mulut mereka yang terlalu banyak opini, Allura lebih memilih tutup telinga. Baginya, tuli lebih baik daripada meladeni semua yang orang tujukan padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALLURA
General FictionTerhimpit dengan konflik panas, yang menyebabkan krisis ekonomi keluarga. Keadaan mendesak, mengharuskan seorang gadis yang baru saja menginjak kelas sebelas SMA untuk menghidupi dirinya sendiri. Usaha yang keras hanya demi untuk bertahan hidup, ke...