"Orang lain bisa menjadikan kekurangan sebagai kekuatannya, lantas kenapa kita tidak?"
Rumput yang terlihat terawat, dengan beberapa tumbuham bunga yang juga tumbuh dengan segar.
Allura hanya diam, menelungkupkan wajahnya dikedua lipatan kaki. Telinganya ia sumpal dengan earphone yang kini tengah mengalunkan musik melow.
Bukan. Allura bukan cewek melow yang mudah nangis hanya karena hujatan tak bermutu dari teman kelasnya, hanya saja Allura memang suka dengan musik meloe, begitu pas dengan gambaran hidupnya.
Tangannya tergerak, mengambil botol tumbler bergambar kaktus, membuka dan menegaknya sedikit.
Tubuhnya sedikit tersentak, mendapati benda dingin yang sengaja ditempelkan ke pipinya.
"nih, minum dulu"
Suara itu lagi.
Allura diam, sama sekali tak berniat menanggapi ucapan sagara.
"lo ngapaim sih?! pergi sana!!"
Hatinya memang butuh ketenangan, dan satu lagi, Allura tak suka dengan suasana keramaian. Pasalnya, ia selalu merasa sepi, ditempat seramai apapun.
"sorry deh, gara-gara gue juga kan lo jadi--"
"bisa diem gak?"
Allura hendak pergi, ia sudah tak menemukan ketenangan ditaman belakang sekolahnya.
Sepertinya, semesta memang tak pernah ada dipihaknya, tak pernah mengerti situasinya, dan selalu egois atas kehidupan Allura.
"gak usah balik ke kelas, lagi jamkos"
Sagara mengarahkan Allura untuk duduk kembali ditempatnya. Sagara tau, cewek didepannya ini tak mudah untuk memproduksi kata, tak mudah bergaul seperti dirinya, dan....
Pundaknya penuh dengan beban yang semakin memberat.
"gue tau tentang lo, Al"
Allura menautkan kedua alisnya, kali ini nada bicara Sagara terdengar begitu serius, dan Allura juga merasa sedikit penasaran.
"gak usah sok tau"
Apa benar? Sagara tau semuanya? apa yang ia tau atas hidupnya?
"gue tau kalo lo suka gue temenin kayak gini, iya kan?"
Pupus sudah fikiran yang sebelumnya ada dibenak Allura, semuanya ia tampik setelah melihat senyum menjengkelkan Sagara. Cowok itu jelas hanya menggoda dirinya.
"receh tau gak lo"
🐣🐣🐣🐣
Dentingan sendok yang beradu dengan mangkuk membuat kebisingan khas suasana kantin, ditambah dengan beberapa ocehan dan gosipan penghuni kantin.
Untuk kali ini, Allura akan pergi kekantin. Perutnya sudah mulai berbunyi minta jatah makan, dan berhubung ia tak membawa bekal, mau tak mau Allura harus ke kantin.
Lalu-lalang siswa tak luput dari pandangan Allura, beberapa lontaran tak senonoh juga dengan terang-terangan dilontarkan kepadanya, tapi Allura cukup sabar, ini sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.
Pandangannya menelisik tiap sudut kantin, mencari tempat duduk kosong sembari menunggu pesanan bakso dari mang dadang.
Meja pojok, Allura segera mengambil bakso dan membawanya bersama dengan botol tumbler yang ia bawa dari kost.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLURA
General FictionTerhimpit dengan konflik panas, yang menyebabkan krisis ekonomi keluarga. Keadaan mendesak, mengharuskan seorang gadis yang baru saja menginjak kelas sebelas SMA untuk menghidupi dirinya sendiri. Usaha yang keras hanya demi untuk bertahan hidup, ke...