BAB 7

44 4 0
                                    

"perubahan pasti akan terjadi, tinggal tunggu waktu yang pasti menghampiri"

"lo gimana dah" Reza berjalan mendekat ke Sagara. Kini keduanya tengah berada diruangan milik Gavriel.

"gue di keroyok anjir" Umpat Sagara mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.

"lah, bukannya tadi Gavriel juga ada disana?" Reza menyodorkan sebaskom air, lengkap dengan handuk kecil kepada Sagara.

Sagara mencelupkan handuk kecil tersebut ke dalam baskom air, kemudian menempelkan tepat dipipinya yang terdapat lebam.

Sebelumnya, Reza sudah meminta tolong agar Allura yang melayani pengunjung cafe, sementara Reza mengambilkan air kompresan untuk lebam Sagara.

"tau dah, emang kayaknya gue yang diincer sama brandal itu" Sagara masih fokus mengompres lukanya.

"dah,dah, mending sono lo urus cafe" Sagara melambai-lambaikan tangannya, bermaksud agar Reza segera keluar.

Reza menelusuri tiap ujung cafe, dan menemukan Allura yang kini tengah menyesap secangkir coffe.

"kenapa?"

"hah??" Reza nampak cengo dengan pertanyaan Allura, pasalnya gadis tersebut bahkan masih fokus dengan coffe miliknya, pandangannya juga tak teralihkan dari cangkir didepannya.

"dia tadi kenapa?" Allura melirik ruangan Gavriel sekilas, memberi sedikit kejelasan agar Reza faham dengan pertanyaannya.

"oh... Gaga maksut lo?" Reza menarik kursi, kemudian duduk tepat didepan Allura.

"hah?eh---iyaa, mungkin" Allura sedikit linglung, dan ia menyadarinya dengan cepat. Mungkin.... pertemanan Sagara dengan Reza memang sedekat itu.

Tapi... Allura tak peduli.

Bahkan, tak ada niatan untuk menanyakan tentang hal itu.

"biasahlah, abis berantem tadi" Reza mengakhiri pembicaraannya, sadar ada lonceng yang berbunyi menandakan ada pelanggan yang harus ia layani.

🐣🐣🐣🐣

"bisa pulang sendiri kan?" Reza datang tepat saat Allura hendak melangkahkan kakinya untuk duduk dihalte dekat caffe.

"iya"

"biar sama gue aja lah"

Allura sedikit terlonjak, mendapati Sagara yang kini tengah memasang bandana hitam dikepalanya. Bahkan dengan begitu, aura badboy Sagara menguar seketika.

"gak usah"

Allura berjalan meninggalkan Reza dan Sagara begitu saja.

"gue duluan Ga, ati-ati kalo bawa anak orang" pamit Reza yang kemudian menstater motornya dan membelah malam di kota Bandung.

Hawa sejuk bahkan terasa begitu menyengat, caffe tutup tepat pukul 10 malam, dan akan dilanjut dengan beberes Caffe.

Bukannya Allura tak mau untuk mengeluarkan uangnya, tapi pasalnya ponselnya kehabisan baterai. Satu-satunya yang Allura harapkan hanya taxi.

"woi! betah amat nunggu yang gak pasti"

"mending sama gue yang udah pasti"

Allura tak menggubris, bahkan gadis itu memilih membuang muka.

"ayo, gue anter" tawar Sagara.

ALLURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang