BAB 8

43 4 0
                                    

"Hancur tak butuh waktu yang lama"

Lalu-lalang wanita berpakaian tak senonoh membuat Allura sedikit kesulitan mencari wanita yang memintanya untuk dijemput.

Beberapa kali Allura bergelut dengan pikirannya, apa mungkin ia harus masuk ke tempat dilarang itu?

Allura tak ingin kakinya menginjak tempat yang tak seharusnya ia kunjungi. Bahkan bau alkohol begitu melekat pada orang-orang yang ada disekitarnya.

Logikanya berusaha berpikir keras, mengambil ponsel dan segera menghubungi nomor mamanya.

Sekali, bahkan sudah dua kali masih tak ada sambungan. Allura geram, bukannya ia merasa terganggu atas waktu istirahatnya, tapi Allura benci keramaian.

Sangat terpaksa, dan berharap ini adalah kali pertama dan terakhir kakinya menjajakkan ditempat yang tak sewajarnya.

🐣🐣🐣🐣

Dentuman musik mengalun begitu keras, bahkan kini Allura sudah merasakan pening akibat keramaian diclub ini.

Allura sempat beberapa kali digoda pria yang Allura taksir sudah berumur kepala dua.

Sungguh menjijikkan.

Langkahnya terhenti, mendapati bartender yang entah mabuk atau apapun itu tiba-tiba menubruk dirinya. Beberapa cairan kekuningan bahkan sudah menumpahi sebagian tubuhnya. Allura berdecak sebal.

Sial.

"kalo jalan liat-liat bisa?" Allura masih fokus mengelap bajunya.

"lo---"

Cowok ini lagi.

"ngapain dah kesini? mau mabok juga?" Arion menata kembali botol-botol yang tadi dibawanya diatas nampan.

"apa urusannya sama lo" sahut Allura sangat tak berniat untuk menjawab.

Langkahnya membawa dirinya pada deretan sofa. Allura menemukan Friska duduk dalam salah satu sofa tersebut, dan yang lebih menjengkelkan, wanita itu duduk dengan tiga orang pria yang asing bagi Allura.

Tak mau berlama-lama, Allura memutuskan segera menarik tangan sang mama dan membawanya keluar dari club.

Friska dengan langkah yang sempoyongan masih tetap mengikuti tarikan Allura.

Senyum smirk tercetak jelas dibibir merah menyala milik Friska.

"liat kan? gue kayak gini gara-gara lo!! gara-gara bokap lo!!" Suara Friska meninggi, dengan jari telunjuk yang mengarah pada Allura.

"pulang"

Hati Allura sakit melihat kenyataan didepannya saat ini. Dengan kondisi Friska  yang begitu menjijikkan, baju ketat dengan belahan dada yang bahkan terlalu pendek, dan sobekan pada bagian belakang mencetak jelas bagaimana lekuk tubuhnya.

Allura membantu Friska agar duduk dijok motor, dan mulai menjalankan motor menjauh dari kawasan club.

🐣🐣🐣🐣

Friska masih meracau tak jelas, membuat Allura enggan untuk meninggalkannya. Sejujurnya Allura sendiri tak ingin lama-lama dirumahnya.

Lebih baik, Allura memilih membersihkan tubuhnya dari tumpahan alkohol.

"bukan anak akuuu!!!"

Allura mempertajam pendengarannya diambang pintu kamar Friska yang memang tak ia tutup rapat.

Siapa?

ALLURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang