Ti

263 34 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Tadi nungguin lama nggak?" Hiruk pikuk jalanan terdengar riuh. Membuat Rohman harus sedikit berteriak, takut tidak di dengar Fiza.

Fiza mendengus. "Pakek nanya!" katanya terdengar malas. "Harusnya lo berterimakasih sama Raka."

Rohman menautkan kedua alisnya. "Raka anak ketua angkatan lo itu?" tanya Rohman.

"Hm," gumam Fiza.

"Sejak kapan lo deket sama dia? Kok gue nggak tahu," ucap Rohman. "Tapi, tinggi juga selera lo," lanjut Rohman.

Fiza menepuk pundak Rohman kencang. "Heh! Sembarangan kalau ngomong. Gue nggak gitu!" timpal Fiza.

"Kirain ...." ledek Rohman. "Dah cepet turun," suruhnya ketika sudah sampai di pekarangan rumah Fiza.

"Biasa aja kali, kagak usah nyuruh gitu. Kesannya gue yang nebeng ke lo. Padahal kan lo yang nggak tau terimakasih," sindir Fiza.

Rohman tak mengindahkan ucapan Fiza. Ia hanya menganggap seperti angin lalu. "Pulang dulu, dadah," ucap Rohman. Berlari menuju rumahnya. Yang berada tepat di sebelah rumah Fiza.

Fiza menggeleng. Sebelum akhirnya ia menyeret kakinya untuk masuk ke rumah.

Berjalan cepat menuju kamar, adalah pilihan Fiza saat ini. Namun, langkahnya sempat terhenti karena mendengar suara sang Mama.

"Langsung mandi ya. Terus ganti baju," ujar Mama selalu tak lupa mengingatkan. Yang saat ini terlihat sudah rapi. Sepertinya hendak bepergian.

Fiza mengerutkan kening. "Lah, Mama mau kemana?"

Mama buru-buru berjalan, mendekati pintu utama. Berbalik sebentar. "Mama mau ada acara sama Ayah. Kamu sendiri di rumah nggak papa? Nanti kalau takut panggil Rohman aja. Minta temenin," ujar Mama. Yang di balas helaan napas dan anggukan pelan dari Fiza.

Melanjutkan langkah menuju kamarnya.

Menaruh tas, melepas dasi, mengambil baju ganti. Fiza langsung saja bergegas untuk mandi.

Selesai melakukan ritual mandi selama lima belas menit. Fiza keluar dengan piyama dongker bermotif bulan dan bintang. Rambut hitam lurusnya yang masih basah menguarkan aroma shampoo yang harum.

Setelah mengambil tempat untuk duduk di atas kasur. Fiza melihat ke arah jendela kamar yang terbuka. Ternyata awan sudah gelap bertabur bintang.

Malam itu Fiza habiskan waktu kesendiriannya di rumah, dengan membalas chat dari ketiga temannya. Juga tak lupa meluangkan waktu sebentar untuk belajar dan menyiapkan jadwal pelajaran pada esok hari.

RANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang