Ti pu em

57 10 0
                                    

Selamat membaca, semua ....

.

Jika harus ada orang yang pantas menjalani masa jabatannya dengan terkendali itu adalah Fiza. Karena ia memang di pilih dengan suara dari mereka, bukan manipulatif atau adanya afeksi dari yang memiliki pengaruh besar.

Tak seharusnya artikel tentang masalah yang baru ini di dapati harus nangkring manis--kelewat manis sampai nyaris membuat terganggunya psikis--di mading umum.

Dengan tema utama tentang; Korupsi.

Headline artikel tersebut menjadi sumbu gosip yang mampu menggegerkan warga sekolah. Tak main-main dengan judulnya yang banyak menimbulkan tanya. Serta foto personifikasi seseorang yang jelas terlihat.

Namun membacanya serupa sama membunuh diri sendiri dari dalam. Fiza dapat merasakan degup jantungnya yang gila dan tangannya tremor.

Dendam kesumat apa lagi? Fiza ingin bertanya pada ketua mading umum.

Raka meraup wajahnya kasar. Kondisi ini sudah berada di luar batas. Siapa juga yang berani mengibarkan bendera perang, dengan mengais topik ini secara jelas-jelas ke permukaan?

Fiza menatap nanar fotonya sendiri. Ia di paku oleh kenyataan, bahwa kegagalan sudah jelas menariknya ke dalam dekapan.

Dekapan yang erat. Sesak. Sakit.

"Za ...." Ara tidak pernah merasa bahwa suara harus se super pelan seperti saat ini. bahkan vokal terdengar tercekat di ujung.

"Ra, gue salah, Ra?" Fiza menunjuk selembar kertas terkutuk di papan mading. Berbagai macam pandang menyorotnya. Dan mayoritas seolah menganggap; kita harus jauh-jauh, deh, kayaknya dari dia.

Fiza ingin bel terdengar. Bel yang panjang. Pulang.

Dan bel sungguhan berbunyi, tanda jam masuk kelas jam pelajaran hendak dimulai.

.

Raka sengaja membuat absensinya alpa. Ia harus meyelesaikan misinya dalam waktu yang singkat. Melihat kondisi tadi kekacauan yang disebabkan selembar di mading.

Jika di uraikan dari hal paling sederhana adalah kunci ruangan pengurus inti.

Raka adalah orang pertama yang memiliki hak atas kuasa kunci aslinya. Tersisa tiga kunci cadangan yang sama.

Ara unjuk diri untuk ikut memilki kuncinya.

Fiza sendiri dipasrahkan Raka untuk memegang kunci cadangan berikutnya.

Dan tersisa satu, tapi dengan fakta bahwa sebenarnya dari awal kunci itu tidak pernah benae sampai dalam gengaman Raka.

Radit adalah sisa satu spesies yang menampung ukuran besar kemungkinan. Mengetahui satu kunci yang tiada itu.

Dan sungguh Raka ingin mengutuk diri, jika harus lagi berurusan dengan si bangsat Raditya.

Namun sesuatu dalam diri mengalahkan memukul egonya telak. Ini yang ia kurang suka dari kata jatuh, jika sudah terlalu ia akan sulit.

Sekiranya Fiza ilyana nantinya patut diberikan sambutan tepuk tangan.

"Maaf pak mengganggu. Saya perlu sama Raditya?"

"Ya, baik silahkan." Pak Danu hendak memanggil Radit tapi ternyata cowok itu sudah berjalan keluar lebih dulu. Apa pun jika itu bisa menjadi celah untuk, maka ia jadikan ajang lari dari para setan kelas yang menghasutnya untuk tidur saja.

RANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang