Em

243 34 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Hening.

Dentingan jam di sudut ruangan yang terdengar. Beberapa ekor cicak yang mungkin tengah merayap, rombongan semut yang melintas diam-diam, dan lampu di ruang tengah yang sudah dimatikan.

Sepatu Raka beradu dengan lantai, terus membawanya hingga menaiki anak tangga pertama.

Masih tidak ada teguran, bahkan dirinya berhitung sudah lebih dari angka sepuluh, sejak membuka pintu utama.

"Ini yang pantas di banggakan?"

Ternyata angka sebelas yang memunculkan vokal seseorang terdengar.

"Udah nggak ada waktu untuk lihat jam?"

Sekalinya ada sebuah teguran dan itu keluar setiap satu detik sekali. Dua belas.

"Atau amnesia baru ingat rumah pas sudah larut malam?"

Raka berbalik di detik ke tiga belas. Berhadapan langsung dengan wanita paruh baya yang kini mengenakan setelan baju tidur.

"Mama masih butuh Raka di sini?" Pertanyaan itu lolos dari bibir Raka. Pertanyaan yang sudah lama mengendap di pita suara.

"Begini hasil didikan papa kamu? Nggak punya sopan santun!" Terdengar decakan pelan di ujung kalimat Mama.

Raka penasaran sebenarnya apa tujuan mereka membesarkan dia dan kakak perempuannya? Apakah memang untuk dijadikan perlombaan atau ajang kompetisi?

Lucu, kalau iya.

"Kalau kata Mama, papa tidak mendidik Raka sopan santun. Raka minta Mama yang ajarin Raka! Kami butuh kalian berdua, bukan satu diantaranya."

Dan kali itu cukup membuat wanita paruh baya mengepalkan tangan di sisi tubuh.

Sebelum pada akhirnya satu tamparan keras mendarat di pipi Raka.

"Itu untuk kelancangan kamu!" bentaknya lalu pergi dengan langkah cepat.

Raka tersenyum lebar. Karena sudah menjadi hal biasa, rasanya tamparan itu tidak terasa lagi baginya.

Jadi ia berbalik meneruskan langkah dengan tujuan awalnya, ke kamar. Lantas ia melempar tasnya. Membuka kasar kemeja putih tanpa dasi, yang kancingnya sudah lolos terbuka  sepenuhnya.

Menyisakan kaus hitam yang mana setelahnya juga dibuang kasar dengan mengenaskan tergeletak diatas lantai.

Hidupnya terlalu berantakan. Seakan sulit jika untuk di tata ulang kembali.

RANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang