Em pu em

68 6 0
                                    

,


Sedikit pergolakan di antara Raka dan Fiza, sewaktu masih di ruangan jurnalistik kemarin pagi.

Memeriksa data dan bulanan, mencari banyak informasi. Lantas  melepas artikel lama di mading yang berisi rumor buruk--mengenai Fiza.

Mereka melakukan semuanya sesuai, dengan pergantian rutin pajangan mading, di setiap satu minggu. Untuk meminimalisir kecurigaan.

"Apa yang kita perbuat sekarang adalah semakin memicu krkacauan, Ka!"

"Gue tau hukum berani berbuat, berani bertanggung jawab." Raka mengangkat bahu ringan. "Kepalang basah, kita sudah terlibat sejak lama dalam kekacauan ini."

Raka menghela napas berat, ia kembali melanjutkan kalimatnya yang sepertinya barusan belum sepenuhnya selesai, "jadi buat apa kita berhenti? Bagaimana pun mereka yang mengibarkan bendera perang, dan kekalahan dari seseorang yang menyerah sebelum melawan atau setidaknya pertahanan diri adalah penyesalan terbesar!"

Sayangnya meski ucapan Raka tidak bisa disalahkan, bukan itu maksud dan tujuan perkataan Fiza di awal. Ia sebenarnya lebih ingin menghalangi, agar tak perlu lebih banyak lagi cowok itu terseret ke dalam masalahnya.

Sungguh, itu yang membuat Fiza, benci diri sendiri. Selalu payah, dan merepotkan.

Kembali mengingat beberapa jam kebelakang itu, masa Fiza berada dalam permainan campuran emosional yang memuncak dan seolah mengaduk isi kepalanya.

Bunyi denting jam dinding seolah berubah mengalun jadi instrumen cerita horor--dari seorang narator--dan kali ini hanya untuk mendukung suasana abu-abu perasaan Fiza, di pagi yang begitu terang ini.

Untuk mengupas tuntas sebuah fakta, Fiza putuskan datang kembali pagi hari ini ke sekolah. Tanpa rencana, hanya membawa diri. Perasaannya memunculkan hal baru, seolah ia ketagihan kejadian yang kemarin itu.

Bukan untuk mengulang yang sama seperti kemarin, tapi menyintas masalah ini hingga akar serabutnya.

Satu yang sempat ia pikirkan adalah datang tepat di jam dirinya dan Raka--hendak keluar dari ruangan jurnalistik.

Dan beruntungnya jam yang Fiza targetkan itu kembali sesuai, dengan datangnya seseorang yang di maksud. Seseorang itu ternyata memiliki ketetapan waktu yang sama untuk dirinya sudah menghuni sekolah.

Dari pergerakan dan tujuan yang pertama orang itu lakukan, semua Fiza lihat. Ia mendapatkan lebih tinggi dari spekulasi fakta yang ia perkirakan.

Sampai akhirnya orang itu menepuk tangan, seolah menghempas debu dan berakhirnya pekerjaan, di sertai netranya melihat hasilnya dengan rasa puas.

Saat itu Fiza bagai benar-benar nyaris diledakkan oleh keterkejutannya sendiri.

Sebuah fakta kadang se tega itu, menjatuhkan setiap ekspektasi yang didambakan. Menghantam dan membunuh habis harapan.

Di antara misi yang dijalankan kelompoknya diam-diam, ada suatu kelompok lain yang mungkin sudah mencuri start lebih awal.

.

Koridor pagi itu ramai.

Penyebabnya ditimbulkan dari secarik kertas--yang kembali menjelma isu terbaru dan melesat cepat menjadi trending topik nomor satu--tertempel di mading pagi itu.

RANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang