Manusia memiliki dua sisi; baik dan buruk. Dua-duanya saling berperan. Tetapi, jangan jadikan sisi buruk pada diri kamu untuk menyerah pada dunia yang masih menyimpan banyak kisah.
---
Dua puluh menit lagi acara kampanye akan dimulai, Ajeng berada di taman belakang sekolah saat ini. Tidak seorang diri, melainkan bersama seseorang; yaitu Genta. Lelaki itu yang mengirimkan pesan kepadanya pagi tadi dan meminta untuk ke tempat ini. Alhasil, Ajeng pun menuruti. Namun, ia tidak tahu pasti apa yang akan dibicarakan.
Melihat-lihat apa yang telah lalu, kakak kelasnya itu memang sering mendekatinya bahkan menawarkan pulang bersama pun sangat sering. Ajeng tidak ingin menjadi bahan pembicaraan, maka tak segan-segan ia menolak penawaran Genta. Untung saja, lelaki itu tidak marah. Ya, meskipun Ajeng tidak tahu bagaimana kenyataannya.
"Ada apa, Kak?"
"Jeng."
Mereka berucap bersamaan, saat ini tengah saling pandang akibat ketidaksengajaan itu. Namun, Ajeng memutuskan kontak lebih dahulu.
"Mau bicara apa?" tanya Ajeng.
Genta menghela napas lebih dulu. "Gue enggak bisa nahan perasaan ini lama-lama, Jeng. Gue pikir, lo cukup peka tentang sikap gue selama ini ke elo. Ternyata, lo sama sekali enggak paham, ya." Genta terkekeh.
"Gue suka sama lo." Pengakuan Genta sangat membuat Ajeng tersentak kaget. "Gue enggak peduli tentang omongan orang lain, Jeng. Gue tulus sayang sama lo." Tatapan mata Genta sama sekali tidak teralihkan dari manik milik Ajeng.
Kini Ajeng bungkam dan disusul oleh Genta setelah mengakui semuanya.
"M-maaf, Kak. Tapi ...." Ajeng menggantungkan ucapannya, ia benar-benar tidak enak hati.
Genta menaruhkan jari telunjuk ke bibir Ajeng. "Enggak usah dijawab. Gue ngerti. Setidaknya, gue lega karena udah ngomong ini. Kita bisa jadi teman baik, kan?" tanya Genta ambisius.
Tidak lama setelah itu, Ajeng merekahkan senyuman. "Tentu."
Genta mengacak pelan puncak kepala Ajeng. "Semangat untuk nanti, gue yakin lo bisa."
***
Riuhan tepuk tangan mengudara, ditambah sorak-sorai yang terus dilontarkan tanpa adanya jeda. Tangan mulai berasa dingin bahkan hampir membeku dirasa, ketika yang ditunggu tiba waktunya.
Dua pasangan calon Ketua dan Wakil Ketua telah maju ke depan guna mempromosikan diri. Menyampaikan visi, misi dan juga program-program yang akan dibangun dan dimajukan oleh mereka. Sekarang, tiba saatnya pasangan calon nomor 3 yang mengambil alih podium.
"Tepuk tangan doong buat pasangan calon nomor 2! Gimana? Keren-keren, ya, visi misi dan program-programnya. Kira-kira, kalian udah kebayang belum nih mau pilih siapa?" Seorang gadis ber-almamater OSIS bertugas sebagai pembaca acara. Wajar saja, dia begitu heboh dan percaya diri ketika berada di depan seluruh siswi maupun siswa.
"Eh, Kak. Masih ada 1 pasangan lagi, loh ...." Pembawa acara yang satu lagi menimpali.
"Oh, iya. Maklum, suka lupa karena kebanyakan makan rumus." Gelak tawa pun terdengar dari seluruh penghuni sekolah akibat canda tawa yang dilontarkan gadis berparas putih manis itu.
"Tanpa berlama-lama lagi, pasangan calon nomor 3 diminta untuk mengambil posisi. Kepada Ajeng Nadhivera dan juga Dhafi Alramadhan dipersilahkan."
Ajeng dan Dhafi yang berada di area khusus calon-calon OSIS pun mengambil langkah menuju podium. Tepukan tangan lebih riuh dari sebelum-sebelumnya. Wajar saja, Dhafi bersamaanya. Namun, Ajeng tidak akan berpatok pada Dhafi saja, ia akan menunjukkan kualitas bahwa mereka berdua pantas menduduki posisis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Love Yourself (Tamat)
Teen Fiction[JUARA 1 KPLI WRITING MARATHON 2021] Tak ada yang benar-benar terlahir dengan sempurna ke dunia. Sesuatu yang tersorot indah oleh mata, tak mungkin terlepas dari cela. Begitupun sebaliknya, apa yang tersorot buruk oleh mata, pasti menyimpan pesona y...