Kakinya selangkah menapaki halaman SMA Lentera, suara bising mengusik telinga; murid sudah banyak yang berlalu-lalang. Gadis itu berangkat lebih siang dari biasa, tetapi tetap saja jadwal miliknya berbeda dari murid lain.
Tidak ada yang berubah; rok tetap di bawah lutut, seragam atasnya yang kebesaran—sengaja dan rambut dikepang satu ke belakang; sudah menjadi ciri khasnya dan ia menyukainya. Senyum manis yang dimiliki disunggingkan penuh arti, ditujukan kepada siapa saja yang tengah menatapnya—berbeda dari beberapa hari lalu.
Memasuki kelas, temannya menatap riang. Ajeng melambaikan tangan dan berkata; hai. Gadis itu mulai menyisihkan sikap 'anti sosial' yang sedikit pernah singgah pada dirinya. Mau tidak mau dan ia pun memang berniat, dikarenakan posisi yang telah menetapinya.
"Selamat pagi, Ketua OSIS baru!" Gadis dengan rambut digerai itu menyapa, bangun dari bawah kolong meja—berniat mengejutkan.
Ajeng bersikap biasa saja, tidak seperti ekspetasi Juvita yang membuatnya melorohkan bahu lemas dan merubah raut wajah.
"Apaan, sih. Biasa aja kali, pacarnya mantan Ketua OSIS," balas Ajeng tak kalah membuat Juvita kurang bisa menyembunyikan senyumnya.
"Gimana. Ada yang berubah di hari ini?" tanya Juvita penuh keingintahuan.
Ajeng terkekeh geli, paham ke mana arah pembicaraan Juvita. "Ya ... lumayan, lah. Kuharap terus kayak gini," jawabnya.
Di hari pertama Ajeng resmi menyandang sebagai Ketua OSIS, ia mendapatkan banyak ucapan selamat, terutama dari guru-guru SMA Lentera. Disusul siswa-siswi lain, yang sebelumnya sama sekali tidak pernah berbicara lemah lembut kepada Ajeng. Tidak apa, berkat ini, semua menjadi lebih baik—harapannya.
Dimulai dari detik kemarin, Ajeng pun menciptakan banyak harap yang ia semogakan untuk tidak lama-lama dalam dekap. Harap yang begitu lama tersungkur.
Namun sekarang harap itu akan tumbuh kembali, akan ia daki langkah demi langkah untuk sampai ke puncak mimpi."Ajeng, sehabis ini ada rapat buat menyusun keorganisasian OSIS yang baru, pak Sahid minta kamu buat pimpin rapatnya."
-----------------------------------------------------------
YEAH! AKHIRNYA TAMAT JUGAAAAA. Meskipun tamat dengan ending yang enggak jelas, haha.
Ada seneng enggak senengnya cerita ini tamat. Senengnya ya karena bisa dua bulan tamat. Enggak senengnya karena melenceng jauh dari perkiraan awalku. Beneran, udah ngawur. Banyak plot hole, dialog enggak penting bahkan narasi enggak penting pun kumasukkin. Ya ampun, aku itu kesusu karena mikirin deadline terus.
Jadi, intinya tamat dulu. Kalau event sudah selesai dan bener-bener kelar, cerita ini akan aku revisi habis-habisan. Banyak juga yang belum terungkap. Contohnya, Daniel belum bilang kenapa dia 'enggak suka perempuan', eh, ini bukan berarti homo, ya. Anu, dia benci.
Daan, pas revisi nanti aku tambah dan kurang hal-hal yang seharusnya memang diganti. Serius, apa kalian enggak mual bacanya? Maafkan daku, ya. Bikin mata kalian sakit dan enek di hati.
Tapi ngomong-ngomong, Ajeng ada dekat sama tiga orang di sini. Daniel, Genta sama Dhafi. Inget, kan? Kira-kira Ajeng bakal suka sama siapa? Pas revisi bakal jadi plot twist, ngahahha.
Yaa, kupikir ada beberapa manfaat baca cerita ini, walaupun sejujurnya nih (dari diriku sendiri) kurang menyampaikan pesan dengan baik. Enggak papa, aku tahap belajar.
Nanti, kupikir akan ada extra part, tapi enggak sekarang pub-nya. Nunggu pas selesai revisi, biar enak dibaca dah pokoknya.
Ya udah, segitu aja, ha-ha.
Regards,
Gadis yang berterimakasih banyak kepada kalian yang menyempatkan membaca cerita ini bahkan menunggu dari awal sampai akhir.❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Love Yourself (Tamat)
Teen Fiction[JUARA 1 KPLI WRITING MARATHON 2021] Tak ada yang benar-benar terlahir dengan sempurna ke dunia. Sesuatu yang tersorot indah oleh mata, tak mungkin terlepas dari cela. Begitupun sebaliknya, apa yang tersorot buruk oleh mata, pasti menyimpan pesona y...