Warn : Mungkin ada NSFW⚠️ sikit
___0<__
Di sekitar area kantor polisi pusat.
Daichi masih dihadapkan dengan Oikawa tapi sudah jelas bahwa kali ini Oikawa menang telak.
Nafas Daichi mulai melemah bahkan paru-parunya sekarang terasa sesak seperti sulit untuk menghirup oksigen sekitar, tubuhnya mulai kaku dengan darah yang kian mengalir seperti melukis permukaan tanah.
Selang beberapa menit pandangan Daichi mulai kabur dan akhirnya dia dinyatakan tewas. Oikawa diam di tempatnya memandang mayat yang terbujur kaku dimandikan darah, seringai tipis pun muncul di wajah Oikawa.
Oikawa membuang selinting rokoknya ke sembarang tempat lalu sebelum pergi dirinya sempat memulis sesuatu menggunakkan darah Daichi di permukaan. Setelah itu dirinya pergi meninggalkan mayat tersebut melangkah tanpa penuh ragu.
"Akaashi sesuai rencana buatlah hujan." Titah Oikawa berbicara pada headseat penghubungnya dengan Akaashi.
"Ok." Jawab Akaashi.
Oikawa hanya tersenyum mengetahui rencananya sukses seperti biasa. Memang bukan sekali Oikawa dan rekannya melakukan hal ini. Uang-uang itu hanya akan dibagikan ke warga sekitar.
Seketika uang dijatuhkan dari atas kemudian dibantu angin uang tersebut menyebar menghiasi langit. Membuat semua mata berbinar dan senang melihatnya. Tak sedikit dari mereka pastinya ingin memiliki kertas berharga tersebut yang menari terbawa angin.
Oikawa berjalan tanpa penuh beban, hanya ada satu yang mengganjal dalam dirinya. Seperti ada sesuatu yang belum benar-benar terpuaskan atau mungkin juga belum tersampaikan. Kesalahan terbesar Oikawa begitu percaya pada dirinya sendiri sampai tak tau jika daritadi ada yang mengawasi gerak-geriknya dari jauh.
Biasanya Oikawa bisa sadar akan hawa keberadaan orang lain jika ada yang mengawasinya, namun sekarang mungkin karna pikirannya begitu teralih ke sesuatu Oikawa tak begitu memperhatikkan.
Tiba-tiba langkah kaki yang semula berjalan lancar terhenti. Nafas Oikawa secara langsung menghirup sesuatu yang membekap hidungnya, membuat kesadarannya hilang. Pandangannya mulai kabur dan dirinya pingsan.
Ada seseorang yang menangkap Oikawa kemudian membawanya ke suatu tempat.
Sekitar 2 jam kemudian.
Oikawa mulai sadar. Matanya dibuka sangat perlahan, kepalanya terasa agak pusing. Beberapa detik kemudian Oikawa mendapati dirinya telah terikat di sebuah kursi.
Jaz dan topinya tak ada, hanya tersisa kemeja putih yang melekat di tubuhnya. Oikawa sontak melihat sekeliling, ruangan yang berantakan bahkan mungkin berdebu, cukup gelap penerangan disana hanya ada sebuah lampu dan itu sudah beberapa kali berkedip.
Oikawa merasa bingung terhadap hal yang menimpanya sekarang. Di waktu yang sama Oikawa mendengar suara langkah kaki agak samar. Sekarang Oikawa lebih berwaspada dan dirinya merasakan adanya hawa keberadaan seseorang yang mendekatinya.
Hawanya makin terasa, suara langkah dari sepatu pun semakin terdengar. Oikawa tak takut sebenarnyan ia hanya penasaran siapa sosok ini karna ada hawa membunuh juga yang terasa. Oikawa sempat berpikir sambil menundukkan kepalanya.
'Jika sekarang aku harus mati kurasa tak apa, dendamku sudah selesai mungkin hanya tinggal menunggu waktu namaku akan muncul di permukaan menyapa semua penduduk, mendengar setiap pembicaraan tentangku- ah.. pasti itu akan menyenangkan.'
Oikawa larut dalam pikiran serta pengalaman yang telah lama dirinya tempuh bersama rekannya, masa lalu pun ikut ambil adil mengisi pikiran Oikawa.
Tiba-tiba rambut Oikawa ditarik paksa kebelakang membuat wajahnya memandang ke atas. "Urgh-" lebih tepatnya sekarang Oikawa dibuat paksa bertatapan dengan seseorang diyakini mungkin sebagai orang yang membawa Oikawa kesini.
Seorang pria dengan sorot mata tajam serta hawa membunuhnya yang kuat menatap Oikawa. Oikawa sempat bergetar karna rambutnya ditarik cukup paksa dan kuat.
"Lo s-.. siapa?" Tanya Oikawa dengan terbata. Pria yang menjambaknya tersebut melepas tangannya secara paksa lalu mengeluarkan sebuah pistol.
Oikawa mulai sedikit panik niat awalnya saja yang 'tak apa jika mati' nyatanya saat dihadapi kematian dirinya juga masih belum siap dan rela. "Woi woi santai, lo siapa sih? Kenapa gue bisa ada disini? Lo ada masalah apa sama gue?" Banyak pertanyaan yang dilontarkan Oikawa.
Pria dihadapannya ini menghela napas lalu kembali memberikan tatapan dingin pada Oikawa. "Ga perlu tau gue siapa cukup diem aja. Gue tau tadi lo barusan ngebunuh ketua polisi pusat, bisa-bisanya seseorang yang menghilangkan nyawa bahkan menciptakan warna merah secara brutal masih bisa tenang dan tersenyum tanpa dosa."
"Sejujurnya gue muak melihat senyum lo yang seperti itu." Tambah pria itu lagi kemudian menyodorkan pistol di dekat wajah Oikawa.
Beberapa keringat mulai menetes dari wajah Oikawa lalu dirinya sedikit memunculkan senyum dan tertawa. Pria yang melihat senyum Oikawa semakin marah lalu mendekatkan pinstol tersebut ke arah bibir Oikawa.
"Cepat katakan apa kata terakhir lo. Gue pengen segera menghapus senyum itu dari wajah lo." Ujar pria itu masih menatap tajam nan dingin pada Oikawa.
"Tunggu bentar- tadi Lo bilang masalah dosa? Dengan lo yang mau bunuh gue sekarang bukannya itu termasuk dosa juga ya? Dan juga dari hawa lo gue paham, jangan kira gue gatau diri lo siapa. Tuan pembunuh bayaran." Balas Oikawa sambil tersenyum tanpa kenal takut semakin menatap menantang pada pria dihadapannya.
Pria tersebut diam tak menjawab hal ini dimanfaatkan Oikawa untuk mengambil kesempatan membuat sebuah celah.
"Lagipula lo bilang mau ngapus senyum gue yakin nanti ga nyesel? Padahal bisa aja gue kasih senyum termanis ini ke lo setiap harinya atau mungkin-.." Oikawa menghentikkan ucapannya sejenak lalu menjilat pelan pistol yang ada dihadapannya seakan menggoda dan menggigit ujung.
Pria di hadapannya ini mulai merasa terntantang dengan respon yang Oikawa berikan. Bahkan seringai kecil mulai terukir.
Dia mungkin agak gila tapi juga kuat di saat bersamaan.
__Di waktu yang sama letaknya disuatu mansion__
Mansion mewah dengan kawasan yang cukup luas serta banyaknya tanaman hidup membuat pemandangan telihat sejuk. Sorot matahari siang menyinari tanaman dan membuat genangan air pada kolam kecil terlihat bercahaya.
Angin sepoi yang membuat rumput bergerak seperti menari mengikuti alur yang dituntun angin. Kupu-kupu terbang dan hinggap diantara bunga guna mengambil sari manis untuk kepuasannya sendiri.
Seorang pria bersurai campuran putih dan hitam sedang menunggangi seekor kuda berwarna hitam, telihat berkharisma dan pakaian yang dipakai pun terkesan mewah.
Ada seseorang juga yang menghampiri pria berkuda tersebut, "KitaShin-Sama." Ucapnya berupaya memanggil pria yang sedang berkuda.
Pria yang dipanggil menoleh sekilas lalu turun dari kudanya, "Ada apa Aran?" Tanya pria bersurai campuran tersebut pada pria berkulit gelap yang diyakini sebagai pelayannya.
"Ada seseorang yang ingin bertemu sekaligus berbicara dengan anda." Jawab pelayan itu sambil sedikit membungkkukkan badan, namanya Ojiro Aran.
KAMU SEDANG MEMBACA
GODIMENTO || IwaOi - Hiatus
FanfictionWARN : HARSH WORD - NSFW⚠️🔞 ⚠️ OOC Godimento sebuah organisasi yang saat ini sedang marak dibicarakan serta diincar pihak keadilan. Sesuai namanya yang berarti 'kenikmatan' mereka menjalankan organisasi sesuai dengan kesenangan mere...