6 - Ungkap

824 104 4
                                    

Faktanya tempat yang sangat berdebu dan berantakan itu pasti memiliki pintu dan jendela. Mungkin kali ini Iwaizumi merasa bodoh karna tak kepikiran hal yang penting seperti menutup pintu dan jendela. Niat membunuh yang awalnya Iwaizumi tekankan pada pria yang menurutnya agak gila ini sempat hilang sebentar.

Pikiran Iwaizumi mengarah pada sorot mata coklatnya yang terlihat sangat menawan serta menantang. Kulit putihnya cukup menggoda ditambah lekukan tubuh yang terlihat di balik kemeja putih tersebut. Dan juga wajahnya yang menurut Iwaizumi cukup Cantik untuk ukuran seorang pria.

Mungkin bermain sedikit dengannya akan menyenangkan.

Hanya karna hal itu Iwaizumi berhasil disudutkan. Dirinya sangat waspada mengarahkan pistolnya ke beberapa tempat berusaha fokus mencari 'Siapa yang barusan menembak ke hadapannya.'

Perkataan Oikawa juga telah menjadi bukti bahwa anak buahnya ternyata ada disini. Iwaizumi ganti haluan lebih memfokuskan arah pistolnya ke Oikawa yang saat ini tersenyum miring.

"Kenapa ga bunuh gue sekarang Iwa chan? Bukannya itu niat lo tadi?" Oikawa kembali lagi seperti membuktikkan bahwa dimanapun dia berada dirinya akan tetap menang. Setiap kata yang dikeluarkan berisi tantangan yang dirinya sendiri yakin akan menang.

Iwaizumi balas dengan tatapan sedikit marah dan masih tetap waspada. 2 detik dalam hitungan jemari Iwaizumi mulai menarik pelatuk dari pistolnya untuk menghabisi Oikawa. Tapi sayangnya hal itu gagal.

Tubuhnya tepat di arah bahu Iwaizumi terkena peluru. Bukan peluru biasa lebih tepatnya peluru yang akan membuat tidur sementara dalam sekejap. Iwaizumi seketika jatuh ke bawah melepas genggaman pintolnya dan tertidur.

Oikawa menghela napasnya pertanda lega akan berakhirnya hal ini. "Kuroo tumben banget lo lama amat buat nepatin sasaran." Gumamnya.

Di waktu yang sama pengawal pribadinya tiba di depan pintu dengan nafas terengah serta wajah yang sangat panik. Dan lihat bahkan pakaian dan rambutnya saja terlihat berantakkan. "Oikawa-sama." Panggilnya dengan nada yang sangat khawatir.

Oikawa balas tersenyun seperti memberi tanda. 'Aku baik-baik saja.'

"Wakatoshi bantuin gue lepasin nih tali ya sekalian bawa tuh orang pingsan." Titah Oikawa.

__Kembali di mansion mewah_$_

Balkon menjadi tempat pilihan untuk minum bersama. Cahaya matahari yang mulai memudar karna akan datangnya sore hari. Musik klasik yang mengelilingi ruangan menjadi salah satunya sumber pendengar.

Dua pria duduk berhadapan menikmati kudapan serta teh hangat di mejanya. Hanya mereka berdua KitaShin dan Atsumu.

Atsumu merasa agak kurang enak matanya tak bisa fokus melihat ke segala arah. Merasa agak gugup dan canggung dibiarkan berdua seperti ini. Suasananya bahkan agak cukup mencekam.

"Kenapa tidak dinikmati?" KitaShin memecah keheningan sambil sesekali menyeruput teh hangat dari cangkir putih bermotif. Bahkan tehnya mungkin memiliki rasa kelas atas, sangat mewah.

Atsumu meneguk salivanya sendiri mencoba menatap KitaShin. 'Gue haus dikasih teh anget, ga ada es kali ya disini.' Dirinya hanya bisa membatin.

"Kamu tidak suka? Atau alergi teh?" KitaShin bertanya kembali memastikkan karna daritadi tingkah Atsumu terlihat aneh.

Atsumu menerjap sedikit kaget karna diberi pertanyaan lagi. Tangannya menggaruk rambut yang tak gatal sambil memalingkan pandangan. Menurutnya mata KitaShin terlihat cukup serius dan itulah yang menyebabkan suasana menjadi setegang ini.

"Em- itu apa ga ada es ya." Jawab Atsumu pelan tapi hal itu bisa didengar.

KitaShin menaruh cangkirnya di meja lalu memanggil beberapa pelayan untuk menyediakkan es. Setidaknya memperlakukan tamu dengan baik merupakan suatu kewajiban. Setelah Atsumu mendapatkan sesuatu yang dirinya mau barulah disana keadaan canggung agak sedikit mengurang.

GODIMENTO || IwaOi - HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang